BARAK.ID – Film “Kiblat,” sebuah produksi horor dari Leo Pictures yang disutradarai oleh Bobby Prasetyo, menjadi topik hangat dan kontroversial di kalangan masyarakat.
Film “Kiblat” Karya Bobby Prasetyo Tuai Kecaman, MUI: Mengandung Unsur Pelecehan Terhadap Agama
Alasan utama kecaman yang dialamatkan kepada film ini adalah penggunaan istilah “Kiblat” — yang sangat signifikan secara agama bagi umat Islam sebagai arah menghadap saat salat — dalam konteks yang dianggap mendiskreditkan dan mendistorsi nilai-nilai agama.
Baca Juga: Film ‘Siksa Neraka’ Dilarang Tayang di Malaysia dan Brunei, Ini Alasan dan Respon Produser
Debat ini mencuat lebih lanjut ketika sebuah poster film memperlihatkan gambar yang mengaitkan simbol agama dengan elemen-elemen horor, termasuk sosok seram berpakaian mukenah.
Kehebohan ini bertambah ketika akun X membagikan poster tersebut, memicu diskusi luas dan kritikan tajam dari netizen.
Kritik juga datang dari Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis, yang menyatakan bahwa jika film tersebut memang mengandung unsur pelecehan terhadap agama, maka tidak seharusnya dipertontonkan.
Baca Juga: Viral, Pria Guru Ngaji Terciduk Menyamar Pakai Cadar di Masjid Makassar
Cholil menegaskan melalui media sosial bahwa film yang mengandung kampanye negatif terhadap ajaran agama harus dihentikan distribusinya.
Sementara itu, Bobby Prasetyo, sang sutradara di balik film “Kiblat,” dikenal memiliki portofolio yang impresif dalam genre horor. Berikut adalah beberapa fakta mengenai Bobby Prasetyo:
- Profil Singkat: Berasal dari Semarang, Bobby, yang kini berusia 38 tahun, telah menorehkan nama di industri film Indonesia.
- Prestasi: Bobby telah meraih nominasi prestisius, termasuk Piala Citra untuk Film Cerita Pendek Terbaik dan Piala Iqbal Rais untuk penyutradaraan film panjang karya perdana.
- Filmografi Horor: Bobby telah menyutradarai beberapa film horor yang mendapat perhatian, di antaranya “Eyang Putri” (2021), “Pamali” (2022), “Pamali (Dusun Pocong)” (2022), “Kultus Iblis” (2023), dan “Tanduk Setan” (2024), yang masing-masing membawa nuansa tersendiri dalam genre horor.
Kontroversi seputar “Kiblat” dan Bobby Prasetyo membuka diskusi lebih luas tentang sensitivitas dalam mengangkat tema-tema berbau religius dalam karya seni dan hiburan, menyoroti pentingnya menghormati nilai-nilai agama dalam proses kreatif. (*)