BARAK, ID – Polemik penyanderaan pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Egianus Kogoya tampaknya masih jauh dari titik terang.
Markas Kelompok Egianus Kogoya Dihujani Peluru TNI
Setelah sempat menyuarakan tuntutan negosiasi melalui video yang beredar, kelompok Kogoya justru mendapat pukulan telak dari operasi keamanan yang digelar Komando Operasi TNI Habema.
Dalam rekaman video, Kogoya terdengar menantang aparat dengan meminta agar tidak menjatuhkan bom di wilayah kekuasaannya.
Ia mengancam akan terus membawa Mehrtens sebagai sandera dalam gerakannya melawan pemerintah Indonesia.
“Itu tidak akan ambil kembali sampai beberapa persen pun tidak bisa kembali, ingat ya tidak akan kembali,” ucap Kogoya dalam video yang direkamnya dari persembunyian di pedalaman Papua.
“Dan pilot ini kami akan bawa sampai ke pertempuran manapun kami akan bawa dan kami sudah minta bahwa pilot sudah aman,” sambungnya dengan nada tinggi.
Permintaan aneh dari seorang pimpinan kelompok separatis yang memiliki hubungan dekat dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di sekitar Tembagapura ini memang terkesan tak masuk akal.
Menggunakan seorang warga sipil tak bersalah sebagai sandera untuk menekan pihak berwenang tentu bukan pilihan bijak.
Baca Juga: Pria di Simalungun Ditemukan Tak Bernyawa di Perladangan Kopi
Beberapa pengamat menilai Kogoya dengan pengalamannya bergerilya di hutan Papua sejak lama, menganggap aksi penyanderaannya akan memberi daya tekan terhadap operasi keamanan TNI. Namun prediksi tersebut sepertinya meleset total.
Bom yang Diminta Kogoya Justru Datang dari Pasukan TNI
Hanya berselang beberapa hari usai menyebarkan video kontroversialnya, kelompok Kogoya harus menelan pil pahit.
Bukan bom sebagaimana yang dikhawatirkannya, melainkan hujan peluru dari prajurit TNI yang menyerbu markas persembunyiannya.
Satuan Komando Operasi TNI Habema berhasil melumpuhkan dua anggota kelompok Kogoya dalam baku tembak di Kampung Paro, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga.
Letnan Kolonel Arh Yogi Nugroho selaku Perwira Penerangan Koops TNI Habema mengonfirmasi peristiwa itu.
“Keberhasilan prajurit TNI melumpuhkan kekuatan OPM di Paro merupakan bagian dari upaya menjaga stabilitas keamanan demi lancarnya proses percepatan pembangunan di Papua,” ungkap Nugroho, mengutip Antara, Rabu (24/4/2024).
Dalam kontak senjata yang terjadi, kedua anggota OPM berhasil melarikan diri meski sudah tertembak.
Namun, kekuatan tempur mereka terbukti mulai melemah setelah pasukan TNI menyita sejumlah perlengkapan seperti senjata api, amunisi, busur dan anak panah, parang, serta bendera bintang kejora — simbol perlawanan OPM.
Ditinggalkan dua anggotanya yang terluka dan kehilangan sejumlah perlengkapan tempur, posisi kelompok Egianus Kogoya kian terjepit. (*)