BARAK.ID – Muhaimin Iskandar (Cak Imin), calon wakil presiden nomor urut 1, dalam acara deklarasi relawan Kawula Muda Nusantara (Rekan) AMIN di Jakarta, mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap beberapa temannya yang kini berpihak kepada lawan politiknya, yang ia sebut “opa-opa”.
Tantang-menantang, Luhut Menuding Cak Imin Melakukan Pembohongan Publik: Itu Bukan Karakter yang Bagus
Kritik ini muncul dalam konteks diskusi tentang sistem anggaran sentralisasi yang berlaku di Indonesia, di mana Cak Imin menyoroti bahwa kebijakan anggaran saat ini terlalu berpusat di pemerintahan pusat.
Dilansir Barak.id, Senin (29/1/2024), dalam retorikanya yang tajam, Cak Imin mengkritik mereka yang memilih untuk bergabung dengan pihak lawan, dengan mengatakan, “Kalau kamu yang debat sama saya, ya kamu yang harus bantah. Jangan minta tolong orang lain untuk membantah pendapat saya.”
Baca Juga: Cak Imin Kecewa Teman Lama Berpaling Jelang Pilpres
Pernyataannya ini seakan menjadi simbol ketidakpuasan atas pembelaan yang dilakukan pihak lain terhadap lawan debatnya.
Konflik verbal antara Muhaimin dan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, terkait isu hilirisasi yang diangkat dalam debat capres keempat, terus memanas.
Muhaimin menuduh kebijakan hilirisasi yang dilakukan pemerintahan Jokowi berdampak negatif, mulai dari kerusakan lingkungan hingga masalah tenaga kerja asing yang mendominasi.
Luhut, yang tidak terima dengan tuduhan Muhaimin, mengajaknya untuk melihat langsung dampak ekonomi dari hilirisasi di lokasi seperti Weda Bay, Maluku Utara dan Morowali, Sulawesi Tengah.
Ia juga menuduh Muhaimin melakukan pembohongan publik dan mengundangnya untuk membuktikan klaimnya secara langsung di lapangan.
Muhaimin, yang tak gentar dengan tantangan tersebut, menegaskan kesiapannya untuk mengecek kondisi di lapangan bersama Luhut.
Baca Juga: Bareng Kaesang, Jokowi Main Bola di Tengah Hujan: Sambut Timnas di Piala Asia
Ia berpendapat bahwa dampak negatif dari pertambangan lebih besar daripada keuntungannya, terutama di daerah seperti Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Selatan.
Pertarungan argumentasi antara kedua tokoh ini tidak hanya menyoroti masalah hilirisasi, tapi juga menggambarkan dinamika politik yang semakin memanas menjelang pilpres.
Debat yang terbuka dan terus-menerus ini mengindikasikan betapa pentingnya isu-isu ekonomi dan lingkungan dalam agenda politik nasional. (*)