BARAK.ID – Janji program unggulan “Kartu SiKerja” dalam Pilkada Simalungun 2020 lalu kini hanya dianggap sebagai “hiasan dompet” bagi sebagian besar masyarakat.
Program yang awalnya didengungkan untuk membantu masyarakat melalui bantuan modal usaha hingga Rp50 juta dan kemudahan akses kerja, justru tidak memberikan dampak signifikan hingga kini.
Banyak warga merasa tidak mendapatkan manfaat apa pun dari Kartu SiKerja, yang sebenarnya diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran di Simalungun.
Alih-alih menjadi solusi bagi kesejahteraan warga, kartu tersebut lebih banyak tersimpan di dompet warga tanpa ada fungsi yang nyata.
“Awalnya saya berharap Kartu SiKerja ini bisa membantu kami mendapatkan modal untuk usaha, tapi sampai sekarang tidak ada hasil. Cuma jadi penghias dompet saja,” ungkap Sartika, ibu rumah tangga dari Nagori Pamatang Sahkuda, kepada Barak.id, Minggu (27/10/2024) malam.
Kegagalan implementasi program Kartu SiKerja turut menjadi alasan utama bagi ibu satu anak ini untuk meninggalkan kampung halaman.
Sartika memilih merantau ke daerah lain demi mencari penghidupan yang lebih baik.
Ia merasa janji-janji ini hanya mempermainkan harapan mereka dan lebih memilih meninggalkan janji tersebut di belakang.
Sartika menambahkan, harapannya pada program tersebut kini sirna.
“Saya kira Kartu SiKerja bisa kami pakai untuk langsung membuka usaha, tetapi ternyata tidak ada gunanya, hingga saya merantau mencari pekerjaan di luar kota, tidak pernah mendapatkan manfaatnya,” kata ibu muda ini, menyiratkan rasa kecewanya.
Menurutnya, program yang tidak terealisasi ini tidak hanya menggerus kepercayaannya, tetapi juga mendorongnya untuk mencari jalan lain.
“Saat merasa tidak diperhatikan, pilihan untuk merantau menjadi lebih masuk akal,” ketusnya.
Dengan semakin dekatnya Pilkada 2024, kepercayaan Sartika terhadap calon kepala daerah yang pernah menjanjikan program unggulan tersebut berada pada titik nadir.
Janji-janji yang dianggap kosong, membuat dirinya skeptis terhadap berbagai program baru yang dijanjikan.
“Sulit untuk kembali percaya,” pungkasnya.
Isu seputar Kartu SiKerja kini dianggap sebagai salah satu titik lemah utama bagi salah satu calon menjelang pemilihan kepala daerah.
Warga berharap, siapa pun yang terpilih nantinya dapat menghadirkan program yang tidak sekadar menjadi “hiasan dompet,” tetapi membawa perubahan nyata bagi kesejahteraan masyarakat. (*)