Barak.id – Real Madrid kembali dihadapkan pada kenyataan yang sudah lama menjadi momok bagi klub-klub elit, salah satunya jadwal padat yang tak mengenal ampun. Dalam hitungan hari, Los Blancos harus melakoni tiga laga krusial, yakni menghadapi Levante di LaLiga pada Rabu (24/9/2025) dini hari, lalu derby panas kontra Atletico Madrid pada Sabtu (27/9/2025), dan ditutup dengan duel Liga Champions melawan Kairat pada Selasa (30/9/2025).
Dan itu baru September. Kalender semakin mencekik menjelang akhir tahun 2025, dengan November yang diwarnai enam pertandingan hanya dalam satu bulan. Situasi inilah yang membuat Xabi Alonso tak punya pilihan lain selain menekan tombol rotasi besar-besaran.
Tidak Ada yang Kebal, Termasuk Mbappé
Alonso sudah menunjukkan sikap tegas. Nama-nama besar seperti Vinicius dan Rodrygo pernah diparkir di bangku cadangan demi menjaga kebugaran. Namun pesan paling keras disampaikan langsung ketika sang pelatih menyinggung soal Kylian Mbappé, ikon sekaligus mesin gol Madrid musim ini.
“Kami punya banyak pertandingan dan saya yakin akan ada momen ketika Mbappé tidak bermain sejak awal. Dia harus bisa menerima itu,” tegas Alonso, mengingatkan publik bahwa bahkan bintang terbesar sekalipun tak kebal terhadap rotasi.
Alonso sadar, Madrid butuh Mbappé. Namun ia juga paham, Mbappé bukan segalanya. Ada saatnya dia harus istirahat, ada kalanya Madrid mesti mengandalkan kedalaman skuad, termasuk talenta muda seperti Gonzalo Garcia dan wonderkid asal Brasil, Endrick.
Secara statistik, Mbappé memang sedang membara, menghasilkan tujuh gol dari enam pertandingan di LaLiga dan Liga Champions. Angka yang membuatnya seperti tak tergantikan. Tapi justru karena itulah Alonso ingin mengendalikan ritme.
Madrid bukan hanya sedang mengejar kemenangan jangka pendek, melainkan membangun fondasi untuk bertahan sepanjang musim. Dengan rotasi, risiko cedera bisa ditekan, stamina terjaga, dan kompetisi internal di skuad tetap sehat.
Langkah Alonso ini bisa saja memicu kontroversi. Fans tentu ingin melihat Mbappé di setiap laga, apalagi di momen besar seperti derby Madrid. Tapi Alonso memilih berpikir panjang, menyusun strategi untuk menjaga Madrid tetap kompetitif hingga musim berakhir.
Inilah seni melatih di level tertinggi, yaitu mengelola ego bintang, menjaga keseimbangan tim, dan meracik taktik di tengah tekanan kalender yang brutal. Pada akhirnya, bukan soal siapa yang dimainkan hari ini, melainkan bagaimana Madrid tetap bugar untuk meraih trofi besok. (*)