BERLIN, BARAK.ID – Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, mengejutkan dunia internasional pada Jumat, (15/9/2023) lalu dengan komentar kontroversialnya mengenai Presiden China, Xi Jinping. Dalam wawancaranya dengan Fox News, saat menyinggung dukungan Jerman terhadap Ukraina dalam konflik dengan Rusia, Baerbock menggunakan kata “diktator” untuk menggambarkan Xi Jinping.
Komentar Baerbock Picu Kemarahan China
“Jika Putin memenangkan perang ini, apa tandanya bagi diktator lain di dunia, seperti Xi, seperti presiden China? Oleh karena itu, Ukraina harus memenangkan perang ini,” kata Baerbock. Komentar ini muncul di tengah situasi yang penuh ketegangan antara China dan Uni Eropa, terutama setelah Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengumumkan bahwa Uni Eropa akan menyelidiki subsidi kendaraan listrik China.
Dalam pandangan banyak analis, komentar Baerbock mengenai Xi Jinping mungkin dapat memperkomplikasi hubungan diplomatik antara Jerman dan China. Jerman selama ini telah dikenal mempertahankan pendekatan yang cenderung berimbang terhadap China. Namun, Partai Hijau, yang dipimpin oleh Baerbock, dikenal memiliki pandangan yang lebih kritis terhadap Beijing.
Presiden AS, Joe Biden, juga sempat mengejutkan publik internasional dengan menyebut Xi sebagai seorang “diktator” beberapa bulan yang lalu. Hal ini berkaitan dengan insiden balon mata-mata China yang ditembak jatuh oleh AS. Ini menandai fluktuasi lanjutan dalam hubungan China-AS, khususnya setelah kunjungan kontroversial dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS saat itu, Nancy Pelosi, ke Taiwan pada Agustus tahun lalu.
Kunjungan Pelosi ke Taiwan memicu kemarahan Beijing. China, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, mengutuk kunjungan tersebut sebagai dukungan AS terhadap upaya separatisme Taiwan. Dalam menanggapi kunjungan Pelosi, China melakukan latihan militer skala besar, memperlihatkan determinasi dan keteguhannya dalam isu Taiwan.
Baca Juga: Kerjasama Militer Rusia-Korea Utara: AS dan Dunia Internasional Waspada
Jerman, sebagai salah satu ekonomi terbesar di Eropa, menjadikan China sebagai mitra dagang utamanya. Oleh karena itu, setiap pertukaran kata atau tindakan yang bersifat konfrontatif dapat memiliki dampak signifikan pada hubungan ekonomi kedua negara. Pada bulan Juli, pemerintah Jerman merilis sebuah strategi khusus terkait China. Strategi tersebut memfokuskan pada bagaimana Jerman dapat menjalin kerja sama dengan China tanpa mengorbankan nilai-nilai, keamanan, dan kemitraannya dengan negara lain.
Meskipun tujuan utama dari strategi tersebut adalah untuk menemukan keseimbangan dalam hubungan dengan China, komentar terbaru dari Baerbock mungkin memperlihatkan bahwa pendekatan Jerman terhadap China bisa berubah menjadi lebih tegas.
Baik Jerman maupun China belum memberikan tanggapan resmi mengenai komentar Baerbock. Namun, berdasarkan pola respons China terhadap komentar atau tindakan yang dianggap menghina, dapat diantisipasi bahwa Beijing akan memberikan respons yang tegas. Di tengah dinamika global yang semakin kompleks, dunia kini menunggu bagaimana hubungan dua negara besar ini akan berkembang setelah komentar kontroversial Menteri Luar Negeri Jerman. (*)