BARAK.ID – Di penghujung malam yang senyap, tatkala bulan Ramadhan menyapa umat manusia, sebuah peristiwa metafisik terjadi yang mengubah dinamika spiritual dunia.
Benarkah Setan Dibelenggu pada Bulan Ramadan? Simak Fakta Berikut!
Pintu-pintu surga yang terkunci erat sepanjang tahun, kini terbuka lebar, memancarkan cahaya kebajikan yang meresap ke dalam jiwa setiap insan.
Sebaliknya, pintu-pintu neraka yang biasanya terbuka lebar, kini terkunci rapat, menahan laju kejahatan.
Di saat yang bersamaan, mahluk-mahluk halus jahat yang kerap merongrong keimanan manusia—setan-setan—dikisahkan mengalami nasib serupa, terbelenggu, tak mampu berbuat banyak.
Kisah ini, bukan sekedar mitos atau legenda, melainkan bagian dari ajaran yang terkandung dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, seorang tokoh hadits yang kredibilitasnya tidak diragukan.
Melalui sanad yang terjaga, hadits ini mengabarkan kepada kita tentang perubahan kondisi spiritual selama bulan suci Ramadhan, sebuah bulan yang di dalamnya umat Islam di seluruh dunia berpuasa, beribadah, dan berintrospeksi diri.
Simak hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Yahya bin Ayyub, Qutaibah, dan Ibnu Hajar berikut:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Artinya, “Jika bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelanggu.”
Namun, sebuah pertanyaan menarik muncul dari hadits ini.
Jika memang setan telah dibelenggu, mengapa masih ada saja manusia yang terjerumus dalam kemaksiatan dan keburukan?
Jawabannya tidaklah sederhana, karena konsep “dibelenggu” dalam konteks ini dipahami berbeda-beda oleh para ulama.
Ada yang memaknainya secara harfiah, namun banyak pula yang melihatnya sebagai simbolis, menunjukkan bahwa kekuatan godaan setan memang berkurang, namun tidak sepenuhnya hilang.
Para ahli tafsir hadits, seperti Al-Halimi dan Badruddin Al-Aini, menyampaikan pandangan bahwa pembelengguan setan lebih kepada pengurangan kemampuan mereka untuk menggoda dan menyesatkan manusia, khususnya mereka yang berpuasa dengan memenuhi syarat dan rukunnya.
Adapun kemaksiatan yang masih terjadi di bulan Ramadhan, menurut sebagian ulama, bukan sepenuhnya karena godaan setan, melainkan karena faktor internal manusia itu sendiri, seperti nafsu dan kebiasaan buruk yang sudah melekat.
Oleh karena itu, meski setan dibelenggu, tantangan spiritual manusia tidak sepenuhnya lenyap.
Bulan Ramadhan menjadi momentum bagi setiap individu untuk meningkatkan kewaspadaan spiritual, mengekang nafsu, dan memperbaiki diri.
Baca Juga: Penetapan Awal Ramadan 2024 Menurut Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah
Dengan begitu, esensi sebenarnya dari pembelengguan setan dapat terwujud, yaitu terciptanya lingkungan yang lebih kondusif untuk beribadah, berbuat baik, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Dalam konteks ini, Ramadhan bukan hanya tentang pembelengguan setan, tetapi juga tentang pembebasan diri dari belenggu kebiasaan buruk dan godaan nafsu yang sering kali membelenggu kita lebih erat dari pada setan itu sendiri.
Mari kita sambut dan jalani Ramadhan ini dengan hati yang bersih, jiwa yang siap bertransformasi, dan tekad yang kuat untuk menjadi versi terbaik dari diri kita. (*)