KUALA LUMPUR, BARAK.ID – Sebuah operasi besar-besaran yang dilakukan oleh kepolisian di Peru menyelamatkan 43 warga negara Malaysia yang jatuh korban ke dalam sindikat perdagangan manusia dengan modus operandi penipuan melalui telekomunikasi. Ini menunjukkan bagaimana jaringan kejahatan internasional memanfaatkan warga asing untuk aksi kejahatan lintas negara.
Warga Malaysia Terjebak Sindikat Penipuan Telepon
Menurut laporan yang diterima, ke-43 warga Malaysia tersebut terlibat dalam operasi yang dikenal sebagai “penipuan Makau“. Modus penipuan ini memang bukan sesuatu yang baru. Penipu yang berasal dari sindikat kejahatan di Taiwan dan China ini biasanya menyamar sebagai petugas bank atau pejabat pemerintah dengan tujuan untuk memancing korbannya mengungkapkan informasi perbankan pribadi atau bahkan mentransfer sejumlah uang ke akun ketiga yang telah ditentukan.
Berdasarkan pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Malaysia, operasi penyelamatan ini dilakukan setelah polisi Peru melakukan penggerebekan di sebuah kediaman di kawasan La Molina, yang terletak di ibu kota Peru, Lima, pada tanggal 7 Oktober. Kedutaan Besar Malaysia di Lima telah melakukan kunjungan ke lokasi dan memastikan bahwa ke-43 warga Malaysia tersebut berada dalam kondisi yang sehat dan baik.
“Kami terus berkomitmen untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan warga negara kita di manapun mereka berada. Kami berterima kasih kepada pihak kepolisian Peru yang telah beraksi cepat dalam menyelamatkan warga negara kami,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri. Ia juga menambahkan, “Semua korban saat ini sedang menjalani proses hukum yang berlaku dan dalam waktu dekat akan dipulangkan ke Malaysia.”
Namun, pertanyaan besar yang muncul adalah bagaimana para korban ini bisa terperangkap dalam sindikat kejahatan tersebut? Apa yang mendorong mereka untuk berada di Peru?
Meski belum ada jawaban pasti, berbagai laporan dan sumber menyebutkan bahwa banyak warga Malaysia seringkali terpikat dengan janji-janji pekerjaan dengan pendapatan tinggi di negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Laos. Namun, setelah tiba di lokasi, mereka malah dipaksa untuk terlibat dalam berbagai operasi penipuan online, termasuk skema percintaan palsu dan transaksi mata uang kripto.
Baca Juga: Ancaman Bom Gentayangan, Bandara Hamburg Sempat Ditangguhkan Sementara
Fenomena ini tentunya menjadi peringatan bagi banyak warga yang mencari pekerjaan di luar negeri untuk selalu berhati-hati dan memastikan keabsahan dan kredibilitas tawaran yang diterima. Ini juga menggarisbawahi pentingnya kerjasama lintas negara dalam memerangi jaringan kejahatan internasional yang semakin kompleks.
Sejauh ini, pemerintah Malaysia dan Peru terus bekerja sama untuk memastikan keadilan bagi para korban serta menggagalkan operasi sindikat kejahatan serupa di masa depan. (*)