BARAK.ID – Calon anggota DPRD Kota Cilegon dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menghentikan pasokan air bersih kepada warga setempat. Keputusan ini memicu gelombang keresahan di kalangan masyarakat.
Sumedi Madasik, Caleg Gagal dari PKS Putus Aliran Air Warga
Sumedi Madasik, tokoh sentral dalam narasi ini, terpaksa menutup kran air sumur bor yang selama ini menjadi sumber kehidupan bagi warga Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, menyusul kegagalannya meraih kursi di lembaga legislatif dalam Pemilu 2024.
Kegagalan ini tak hanya menghentikan ambisi politik Sumedi, tapi juga aliran air bersih yang telah menjamin kelangsungan hidup masyarakat di sekitar Bukit Teletubbies.
Baca Juga: Keajaiban Ujung Silalahi di Danau Toba, Mirip Swiss dalam Pelukan Alam Sumatera Utara
Penghentian ini, seperti diungkapkan Sumedi, adalah akibat dari beban finansial yang tidak lagi bisa ditanggung, khususnya biaya listrik untuk operasional sumur bor yang telah berlangsung empat tahun lamanya.
Dampaknya langsung terasa. Warga yang tadinya mengandalkan ketersediaan air bersih kini harus kembali ke sumur resapan, mengambil air yang seringkali keruh dan jauh dari kata layak konsumsi.
“Harapan kami hanya kepada beliau, untuk mendapatkan 100 suara dari warga sini. Namun, sekarang kami kembali ke titik di mana mencari air menjadi pekerjaan harian,” keluh Buki, warga Cisuruk, menggambarkan betapa pilihan politik bisa berujung pada krisis sosial.
Sumedi sendiri telah mencoba menjelaskan situasinya, menyatakan bahwa penghentian aliran air adalah keputusan terakhir yang diambil setelah pertimbangan panjang.
“Biaya listrik yang saya subsidikan mencapai dua juta lebih setiap bulan. Saya sudah mencoba menawarkan solusi, menaikkan tarif air bersih, namun belum ada kesepakatan,” ungkap Sumedi.
Sebelum krisis, warga memang membayar Rp10.000 per kubik air, tarif yang dibagi rata untuk biaya listrik dan pemeliharaan.
Sumedi mengusulkan kenaikan menjadi Rp15.000, sebuah usulan yang masih hangat diperdebatkan di tengah komunitas yang terdampak.
Kini, dengan sumur bor terhenti dan sumur resapan menjadi satu-satunya sumber, harapan warga Cisuruk tertuju pada pemerintah Kota Cilegon.
Mereka mendesak pembuatan sumur bor komunal untuk mengatasi krisis air bersih yang telah menjadi kekhawatiran baru di tengah dinamika politik setempat. (*)