BARAK.ID – Setelah Starlink secara resmi mulai beroperasi di Indonesia, pasar layanan internet berbasis satelit mengalami kepanikan dengan langkah strategis dari SpaceX.
Starlink Banting Harga, Operator Seluler Panik!
Mereka memberikan diskon besar-besaran sebesar 40% untuk perangkat keras Starlink, yang sebelumnya dibanderol dengan harga Rp 7,8 juta menjadi Rp 4,68 juta.
Paket ini juga mencakup biaya langganan bulanan yang mencapai Rp 750 ribu.
Langkah ini memicu reaksi cepat dari operator seluler yang sudah eksis di pasar.
Reza Mirza, Group Head Corporate Communications XL Axiata, menyoroti pentingnya kehadiran teknologi baru dalam mendorong inovasi dan kolaborasi di industri telekomunikasi Indonesia.
“Kami berharap agar kehadiran Starlink di Indonesia bisa membuka potensi untuk berkolaborasi, sehingga membawa manfaat yang nyata bagi masyarakat dan perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia,” ujar Reza, dikutip Rabu (22/5/2024).
Permintaan Regulasi Tarif
Namun, di balik harapan positif tersebut, ada kekhawatiran yang muncul dari pihak operator seluler mengenai dampak persaingan yang dihasilkan oleh langkah agresif Starlink.
Reza menekankan pentingnya pemerintah untuk mengatur struktur tarif Starlink agar persaingan tetap adil.
“Harapan kami adalah perlunya penerapan regulasi yang seimbang dari pemerintah sehingga tercipta adanya playing field yang sama antara Starlink tersebut dengan operator yang ada, seperti dikenakan PNBP sektor telekomunikasi (BHP, USO, BHP Telekomunikasi), TKDN dan lain-lain,” jelas Reza.
Lebih lanjut, Reza mengusulkan agar pemerintah memfasilitasi kolaborasi antara Starlink dengan operator lokal dalam layanan Business to Consumer (B2C) dan Business to Business (B2B).
“Kami sangat mengharapkan pemerintah dapat bertindak sebagai pengadil untuk memastikan adanya equal playing field. Ini penting agar keberlangsungan usaha telekomunikasi nasional tidak terancam,” tambahnya.
Baca Juga: Google Bagi-Bagi Duit Rp 10,8 Triliun, Semua Pengguna Android Pasti Dapat
Tanggapan dari Kominfo
Menanggapi kekhawatiran tersebut, Direktur Jenderal Penyelenggara Pos dan Informasi (Dirjen PPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Wayan Toni Supriyanto, menegaskan bahwa pemerintah tidak akan melakukan intervensi terhadap harga perangkat yang dijual oleh SpaceX.
“Kami tidak intervensi sampai penjualan perangkat, bahkan secara regulasi kami tidak mengatur tarif,” kata Wayan.
Meskipun demikian, Wayan menyatakan bahwa Kominfo terus melakukan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap penyelenggaraan telekomunikasi.
“Dari dulu kita nggak pernah intervensi sejauh itu, sampai ngurusi bisnis mereka. Namun, kita selalu monev di penyelenggaraannya seperti komitmen pembangunan, pembayaran BHP Telekomunikasi,” ungkap Wayan.
Penurunan harga oleh Starlink ini memiliki implikasi yang luas bagi industri telekomunikasi di Indonesia.
Operator lokal merasa perlu adanya tindakan untuk menjaga keseimbangan pasar.
Dampak jangka panjang dari kehadiran Starlink di Indonesia akan sangat tergantung pada bagaimana pemerintah dan pelaku industri merespons perubahan ini.
“Jika semua pihak dapat bekerja sama, kita bisa melihat peningkatan kualitas layanan internet di seluruh Indonesia, terutama di daerah-daerah yang selama ini sulit dijangkau oleh operator seluler,” kata Reza.
Dengan langkah agresif Starlink yang menurunkan harga perangkat kerasnya, pasar layanan internet di Indonesia menghadapi tantangan baru.
Operator seluler lokal menyerukan adanya regulasi yang adil untuk menjaga keseimbangan pasar dan mendorong kolaborasi yang menguntungkan semua pihak.
Di sisi lain, pemerintah melalui Kominfo menegaskan komitmennya untuk melakukan monitoring dan evaluasi tanpa melakukan intervensi langsung terhadap harga perangkat. (*)