BARAK.ID – Desa Silalahi, sebuah destinasi wisata yang terletak di kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, seharusnya menjadi surga bagi para pelancong yang ingin menikmati keindahan alam Danau Toba.
Pungutan Liar Merajalela di Kawasan Silalahi Viral, Warganet: Gak Usah Lagi Datang ke Sini, Banyak Pungli!
Namun, keberadaan pungutan liar atau pungli yang merajalela telah mencederai pengalaman wisata di kawasan ini, mengubahnya menjadi mimpi buruk bagi pengunjung yang berdatangan.
Kawasan wisata Silalahi memang menawarkan pesona yang luar biasa.
Terletak di tepian Danau Toba, tempat ini memberikan pemandangan alam yang menakjubkan, menyaingi keindahan Swiss.
Wisatawan lokal maupun dari luar provinsi berbondong-bondong mengunjungi tempat ini untuk menikmati keindahan alamnya yang menawan, seperti Paropo, Ujung Silalahi, Danau Silalahi, dan destinasi lainnya.
Tao Silalahi, sebutan untuk desa ini, seolah mengajak setiap jiwa yang mengunjunginya untuk tenggelam dalam keindahan alam dan kekayaan budaya yang mempesona.
Baca Juga: Mengarungi Keindahan Alam di Ujung Silalahi, Destinasi Wisata yang Sedang Hangat Diperbincangkan
Perjalanan menuju Silalahi pun relatif mudah ditempuh.
Dari pusat kota, wisatawan dapat mengikuti arah menuju “ujung jalan Silalahi” dan terus mengikuti petunjuk yang ada.
Sepanjang perjalanan, pemandangan indah Silalahi akan menemani, seolah menegaskan bahwa mereka sedang menuju salah satu permata tersembunyi di Danau Toba.
Ujung Silalahi, dengan segala keunikan dan keindahannya, memang layak untuk dijadikan destinasi wisata saat berkunjung ke Danau Toba.
Dari bukit Silalahi yang megah, jembatan viral yang mempesona, hingga desa tradisional yang autentik, semuanya memberikan pengalaman yang tak terlupakan.
Baca Juga: Menyusuri Pesona Ujung Silalahi di Tao Silalahi, Permata Tersembunyi di Tepi Danau Toba
Namun, sayangnya, keindahan dan ketenaran kawasan wisata Desa Silalahi ini tidak didukung oleh kenyamanan yang setimpal bagi para pengunjungnya.
Baru-baru ini, sebuah video yang mengupas tentang maraknya aksi pungli di kawasan tersebut menjadi viral di media sosial.
Video tersebut, yang diunggah di Instagram oleh akun @hits_kalakkaro.id dan @medantoday, mendapat reaksi luas dari warganet.
Dilihat Barak.id, Rabu (17/4/2024), dalam video itu, terlihat ada tiga titik pungutan liar yang meresahkan wisatawan, mulai dari wisata Tongging hingga Paropo Ujung.
Pada lokasi pungutan liar pertama, terlihat seorang pria, diduga pemuda setempat, sedang melakukan pungutan dengan alasan tarif masuk.
Pada lokasi ini, si pengutip pungutan liar mengatakan kepada wisatawan yang diperas bahwa setelah memberikan uang masuk kawasan wisata, tidak akan ada lagi pungutan serupa.
Namun, ternyata itu semua hanyalah tipuan belaka.
Selanjutnya, pada lokasi kedua, terlihat seorang pria berjaket hitam juga sedang mengutip uang dari wisatawan yang berkunjung.
Dengan tipuan yang sama, pria pada titik lokasi pungutan liar kedua ini juga mengatakan bahwa setelah itu tidak ada lagi pungutan.
Lagi-lagi, wisatawan menjadi korban penipuan.
Di lokasi ketiga, aksi pungutan liar terjadi lagi kepada wisatawan yang berkunjung, dengan alasan uang parkir.
Karena maraknya aksi pungli di kawasan tersebut, banyak wisatawan memilih untuk putar balik arah mereka dan meninggalkan kawasan wisata tersebut karena merasa jijik dengan aksi pungli yang merajalela.
Dalam narasi pada video tersebut, disebutkan: “Tepatnya ada 3 Titik Pungutan Liar dari mulai tongging sampai Paropo Ujung. Di awal katanya Gabakal dipungut lagi ternyata masih banyak pos pungli. Banyak juga Pengunjung yg Resah dan rela putar balik karena bolak balik diminta retribusi ilegal.”
Menanggapi momen pungli yang menjijikkan tersebut, warganet kompak menuliskan komentar berupa ajakan untuk tidak lagi mengunjungi kawasan wisata tersebut.
“Serentak aja klen mutar balik semua, kan zonk jadinya yg pungli,” tulis akun @medankalee.id.
“Enak aja sekarang orang pungli duit tanpa kerja tinggal minta, inilah kurasa yg ngajari pemerintah juga mulai marak kayak gini saat ada aturan parkir di jalan raya oleh pemerintah, yg dapat di salah gunakan cari aja cara lain untuk kutipan parkir, dulu malu orang malakin orang sekarang bebas,” komentar satir dari akun @ari19.oke19.
Komentar warganet lain juga tak kalah pedas, dengan menyebutkan bahwa kawasan wisata di Sumatera Utara memang sudah tidak perlu diherankan lagi soal pungutan liarnya.
“Gak usah lg datang ke sini, banyak pungli,” tulis akun @young_jhon.
Fenomena pungutan liar di kawasan wisata Silalahi ini tampaknya bukan hal baru.
Dari penelusuran Barak.id, praktik pungli sudah berlangsung sejak lama di kawasan ini.
Namun, belum ada tindakan tegas dari pihak berwenang untuk menindak para pelaku pungli yang meresahkan wisatawan.
“Ini sudah terjadi sejak lama, tetapi belum ada tindakan nyata dari pemerintah setempat untuk menghentikan praktik pungli ini,” ujar seorang pria yang hanya bersedia dipublikasi dengan sebutan Tanjung (60), seorang warga Silalahi yang mengaku telah tinggal di desa itu selama lebih dari 30 tahun.
Tanjung menambahkan bahwa para pelaku pungli ini seringkali mengklaim bahwa mereka adalah petugas resmi, atau oknum anggota organisasi masyarakat (ormas) yang berdalih ditugaskan untuk mengumpulkan retribusi dari wisatawan.
Namun, kenyataannya, mereka hanyalah segelintir orang yang mencari keuntungan dengan cara ilegal.
“Mereka mengaku sebagai petugas resmi, dari ormas, tetapi sebenarnya mereka hanya mencari uang dengan cara yang salah. Ini tentunya merugikan citra pariwisata di Silalahi dan membuat wisatawan enggan berkunjung,” tambahnya.
Tidak hanya merugikan wisatawan, praktik pungli ini juga berdampak negatif pada masyarakat setempat yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan utama.
Seorang pedagang makanan di kawasan wisata Silalahi, mengungkapkan bahwa omset penjualannya menurun drastis sejak maraknya kasus pungli.
“Dulu, saya bisa mendapatkan penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarga saya dari berjualan di sini. Namun, sekarang, semakin sedikit wisatawan yang datang karena terganggu oleh pungli. Ini berdampak langsung pada penghasilan saya,” ungkap pedagang yang tak bersedia disebut identitasnya demi alasan keamanan.
Selain merugikan secara ekonomi, praktik pungli ini juga dapat menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan di kawasan wisata Silalahi.
Beberapa wisatawan mengaku pernah merasa terancam oleh sikap para pelaku pungli yang terkadang berkata kasar dan memaksa.
“Saya merasa tidak aman saat mereka memaksa kami untuk membayar. Kami adalah wisatawan yang ingin menikmati liburan dengan tenang, tetapi justru harus berhadapan dengan situasi yang mengancam seperti itu,” ujar Sari (22), seorang wisatawan dari Medan yang baru-baru ini mengunjungi Silalahi.
Menanggapi permasalahan ini, pemerintah setempat tampaknya masih belum memberikan respon yang memadai.
Sementara itu, beberapa elemen masyarakat Silalahi juga mulai angkat bicara dan mengecam praktik pungli yang telah mencoreng nama baik kawasan wisata mereka.
“Kami tidak bisa membiarkan praktik pungli terus berlangsung di kawasan wisata kami. Ini merugikan banyak pihak dan mencoreng citra Silalahi sebagai destinasi wisata yang indah,” ujar Sadar Silalahi (55), warga setempat.
Pria ini berharap agar pemerintah setempat dapat segera mengambil tindakan tegas untuk menghentikan pungli dan menjaga kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Silalahi.
Mereka juga mengajak seluruh masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam memerangi praktik pungli ini.
“Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga tanggung jawab kita semua sebagai masyarakat Silalahi. Kita harus bersatu padu untuk memberantas pungli dan menjaga kelestarian pariwisata di daerah kita,” tegas Sadar.
Dengan adanya tekanan dari berbagai pihak, diharapkan pemerintah setempat dapat segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah pungli di kawasan wisata Silalahi.
Jika dibiarkan, praktik ini tidak hanya akan merugikan sektor pariwisata, tetapi juga dapat merusak citra Sumatera Utara secara keseluruhan.
Di tempat berbeda, beberapa wisatawan yang pernah mengalami aksi pungli di Silalahi mengungkapkan kekecewaan mereka dan berharap agar pemerintah dapat segera mengambil tindakan tegas untuk mengatasi masalah ini.
“Saya merasa sangat kecewa dan terganggu dengan adanya pungli di Silalahi. Ini benar-benar merusak pengalaman liburan kami,” ujar Triana, seorang wisatawan dari Pematangsiantar yang baru-baru ini mengunjungi Silalahi bersama keluarganya.
Wanita perparas cantik ini mengaku bahwa mereka harus membayar pungutan liar di beberapa titik selama perjalanan menuju Silalahi.
Jumlah yang diminta tidak terlalu besar, tetapi tetap saja membuat mereka merasa tidak nyaman dan terancam.
“Kami merasa tidak aman dan was-was selama perjalanan. Seharusnya kami bisa menikmati keindahan alam dengan tenang, tetapi justru harus menghadapi situasi seperti ini,” tambahnya.
Kisah serupa juga dialami oleh Ibu Ria, seorang wisatawan dari Medan yang baru-baru ini mengunjungi Silalahi bersama rombongan wisata.
Menurutnya, aksi pungli yang mereka alami benar-benar merusak pengalaman liburan mereka.
“Kami merasa sangat terganggu dengan adanya pungli di sepanjang perjalanan. Beberapa anggota rombongan bahkan memilih untuk tidak turun dari bus karena merasa tidak nyaman,” ungkapnya.
Ibu Ria berharap agar pemerintah dapat segera mengambil tindakan tegas untuk memberantas pungli di Silalahi.
Ia mengatakan bahwa jika masalah ini tidak segera diatasi, maka akan semakin banyak wisatawan yang enggan mengunjungi kawasan wisata tersebut. (*)