Zabihullah Mujahid, juru bicara utama Taliban, memberikan tanggapannya terhadap langkah Cina. “Ini memberikan sinyal kepada negara-negara lain untuk memulai dan memperdalam interaksi dengan Imarah Islam. Dengan hubungan yang baik, kita bisa menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi saat ini dan yang akan datang,” kata Mujahid.
Penjabat Perdana Menteri yang ditunjuk oleh Taliban, Mohammad Hassan Akhund, juga mengomentari penunjukan tersebut, menyebutnya sebagai “awal dari babak baru” dalam hubungan Cina-Afghanistan.
Meski belum ada pengakuan resmi terhadap pemerintahan Taliban, Cina dan Afghanistan awal tahun ini telah menandatangani perjanjian ekstraksi minyak, menunjukkan bahwa keduanya telah memulai kerja sama ekonomi.
Mengomentari hubungannya dengan Afghanistan, Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan, sebagai negara tetangga yang secara tradisional bersahabat dengan Afganistan, Cina selalu menjalin hubungan diplomatik, pertukaran, dan kerja sama di berbagai sektor dengan Afghanistan.
Langkah Cina ini diperkirakan akan mendorong negara-negara lain untuk mengevaluasi kembali hubungan mereka dengan Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban. Dengan geopolitik Asia Selatan yang terus berkembang, dunia menunggu untuk melihat bagaimana negara-negara lain akan merespons. (*)