GAZA, BARAK.ID – Laporan terbaru menunjukkan bahwa Israel dan Hamas, yang dikategorikan sebagai kelompok teror oleh pemerintah Amerika, sedang dalam tahap akhir negosiasi untuk pembebasan puluhan sandera yang ditahan oleh Hamas. Kesepakatan ini, yang difasilitasi oleh Amerika Serikat, diharapkan akan menghasilkan jeda lima hari dalam pertempuran di Gaza, membuka peluang bagi pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.
Negosiasi Israel dan Hamas untuk Pembebasan Sandera Dekati Kesepakatan
Dalam sebuah wawancara dengan ABC “This Week,” Wakil Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jon Finer, menyatakan, “Kami belum mencapai kesepakatan final. Namun, perundingan berjalan maju dan kami berharap kesepakatan akan segera tercapai untuk memulangkan para sandera ini.”
Pertempuran di Gaza yang meningkat sejak 7 Oktober telah menyebabkan kerusakan besar dan korban jiwa. Militer Israel terus melancarkan serangan sebagai respons atas agresi Hamas, dengan lebih dari 1.200 korban jiwa dan ratusan orang disandera.
Menanggapi situasi ini, Duta Besar Israel untuk AS, Michael Herzog, menyatakan optimisme dalam wawancara di “This Week,” mengatakan, “Kami berupaya keras untuk segera mencapai kesepakatan pembebasan sandera.”
Krisis ini juga mempengaruhi situasi kemanusiaan di Gaza. Menurut UNRWA, sekitar 900 ribu pengungsi kini berlindung di fasilitas mereka, enam kali lipat dari perkiraan skenario terburuk. Lebih dari 12 ribu warga Palestina, kebanyakan warga sipil, telah tewas akibat serangan udara dan darat Israel.
Baca Juga: Rumah Sakit Indonesia di Gaza Ditutup, 45 Pasien Terlantar Butuh Pembedahan Segera
Sebuah tindakan kemanusiaan terpisah terjadi ketika 31 bayi prematur dalam kondisi kritis berhasil dievakuasi dari rumah sakit Shifa di Gaza ke Mesir, dengan bantuan koordinasi dari tentara Israel dan Bulan Sabit Merah Palestina.
Kesepakatan yang tengah dinegosiasikan antara Israel dan Hamas ini tidak hanya berpotensi mengakhiri pertempuran sementara waktu, tetapi juga memberikan harapan baru bagi ribuan warga sipil yang terjebak di tengah konflik. Bagi mereka, jeda dalam pertempuran bisa berarti selisih antara kematian dan keselamatan. (*)