SIBORONGBORONG, BARAK.ID – Kasus tragis kematian mahasiswa asal Siborong-borong, Tapanuli Utara, Aldi Sahilatua Nababan (23), yang diduga dibunuh di kamar kosnya di Bali, telah mengejutkan banyak pihak. Kematian Aldi yang tragis ini pertama kali diungkap oleh kakaknya, Monalisa Nababan, melalui unggahan di Instagram pribadinya.
Jejak Aldi Sahilatua Nababan, Mahasiswa Siborong-borong Diduga Tewas Dibunuh di Bali
Dalam unggahan tersebut, Monalisa memohon bantuan kepada pejabat negara, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), untuk mengusut tuntas kasus pembunuhan adiknya. Aldi Sahilatua Nababan, yang merupakan mahasiswa di Elisabeth International Bali, ditemukan tewas di kamar kosnya di Nusa Dua Koi Kos, Gang Kunci, Jalan By Pass Ngurah Rai No.23, Benoa, Badung, Kuta Selatan, Bali.
Baca Juga: Viral Keluarga Aldi Sahilatua Nababan Dilarang Menyaksikan Proses Autopsi
Aldi Sahilatua Nababan adalah seorang mahasiswa asal Tapanuli Utara, Sumatera Utara, yang merantau ke Bali untuk mengejar pendidikan di Elisabeth International Bali. Dia adalah seorang pemuda yang bersemangat untuk menimba ilmu di bidang pariwisata.
Berikut adalah profil Aldi Sahilatua Nababan dan biodata tentangnya:
- Nama Lengkap: Aldi Sahilatua Nababan
- Asal: Siborongborong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara
- Kakak: Monalisa Nababan
- Pekerjaan: Mahasiswa
- Pendidikan: Elisabeth International Bali
- Akun Instagram: @aldisahila
- Akun Twitter: @Aldisahila
Baca Juga: Kamar Aldi Sahilatua Nababan Dipenuhi Lalat Hijau, Pemilik Kos Syok Lihat Kondisinya!
Aldi Sahilatua adalah seorang pemuda yang merantau ke Bali untuk mengejar pendidikan sebagai mahasiswa di Elisabeth International Bali. Namun, nasib tragis menimpanya, dan ia ditemukan tewas dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Keluarganya yakin bahwa kematian Aldi adalah hasil dari pembunuhan yang direkayasa.
Keluarga Korban Minta Bantuan Pejabat Negara
Kabar kematian Aldi pertama kali diungkap oleh kakaknya, Monalisa Nababan, melalui akun Instagram pribadinya. Monalisa dengan tegas menyebut bahwa adiknya telah menjadi korban pembunuhan. “MOHON BANTUANNYA PAK JOKOWI DAN PAK KAPOLRI!!! Adik saya ALDI SAHILATUA NABABAN yang berstatus mahasiswa di Elisabeth International Bali ditemukan MENINGGAL DIBUNUH di kostnya,” tulisnya dalam postingannya.
Baca Juga: Kamar Aldi Sahilatua Nababan Bersimbah Darah dan Alat Vital Rusak, Kakak Korban: Dia Orang Baik
Aldi Sahilatua tinggal di Nusa Dua Koi Kos, Gang Kunci, Jalan By Pass Ngurah Rai No.23, Benoa, Badung, Kuta Selatan, Bali. Namun, kondisi jenazahnya sangat memprihatinkan. Terdapat luka memar di sekujur tubuhnya, alat kelamin yang mengeluarkan darah, serta mulut dan hidung yang juga mengeluarkan darah. Engsel siku tangan Aldi bahkan telah bergeser.
Keluarga Aldi Sahilatua mencoba melakukan autopsi di RS Bhayangkara Medan, namun mereka mengalami kesulitan. Pihak rumah sakit tidak memperbolehkan mereka menyaksikan proses autopsi, bahkan tidak mengizinkan dokter yang mereka tunjuk sebagai wakil keluarga. Ruangan bedah pun dikunci rapat dan dijaga oleh petugas keamanan.
Baca Juga: Aldi Sahilatua Nababan Mahasiswa asal Siborong-borong Tewas di Bali, Diduga Dibunuh
Monalisa Nababan menyatakan kekecewaannya atas perlakuan ini dan meminta bantuan dari para pejabat negara untuk mengusut tuntas kasus pembunuhan adiknya. “Saya MONALISA NABABAN sebagai kakak kandung dan seluruh keluarga besar Aldi memohon dengan sangat kepada BAPAK PRESIDEN JOKOWI DAN BAPAK KAPOLRI untuk menangkap dan menghukum seberat-beratnya yang membunuh adik saya Aldi,” ujarnya.
Korban Ditemukan dalam Kondisi Mengerikan
Kabar meninggalnya Aldi Sahilatua Nababan telah menggemparkan masyarakat. Ketika jenazahnya ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan. Menurut Monalisa Nababan, alat kelamin Aldi pecah dan mengeluarkan darah. Seluruh tubuhnya dipenuhi lebam, dan darah mengalir dari mulut dan hidungnya. Bahkan engsel siku tangannya telah bergeser. Kematian Aldi ini sangat mencurigakan dan mengejutkan keluarganya.
Dugaan Keluarga Dipersulit Proses Autopsi
Pihak keluarga sebelumnya telah mencoba untuk mengajukan seorang dokter yang mereka pilih untuk mengawasi proses autopsi di Bali. Namun, dokter forensik yang bertanggung jawab atas autopsi tersebut tidak mengizinkan perwakilan keluarga melihat proses tersebut. Ruang bedah pun dikunci rapat dan dijaga ketat untuk mencegah akses pihak keluarga. (*)