Mereka merasa bahwa polisi seharusnya bisa bertindak lebih cepat, terutama mengingat kasus ini sudah berlangsung selama delapan tahun.
“Kami percaya pada hukum, meskipun ada rasa janggal. Kenapa penjahat besar bisa cepat tertangkap, sedangkan kasus adik saya begitu lambat perkembangannya,” keluh Marliyana.
Netizen Merespons Film dan DPO
Rilisnya film “Vina Sebelum 7 Hari” memicu reaksi netizen yang mengkritik lambannya tindakan polisi.
Setelah film ini tayang, polisi merilis daftar tiga tersangka pembunuhan yang masuk dalam DPO (Daftar Pencarian Orang), namun tanpa foto wajah mereka, membuat publik bertanya-tanya.
“Kenapa delapan tahun pelaku belum tertangkap? Apa benar salah satu pelaku itu anak polisi?” tanya seorang netizen.
Netizen lainnya menyoroti bahwa polisi bisa saja mengakses foto wajah tersangka dari database kependudukan jika memang mau.
Ketiadaan foto dalam DPO membuat publik semakin curiga terhadap keseriusan polisi dalam menangani kasus ini.
“Kalau polisi mau, mereka bisa akses foto wajah pelaku dari database Dukcapil,” cecar seorang netizen.
Isu Keterlibatan Anak Polisi
Isu bahwa pelaku adalah anak polisi sempat mencuat, meskipun Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Jules Abraham Abast, membantahnya.
Menurutnya, justru salah satu korban merupakan keluarga dari polisi, dan lamanya penangkapan pelaku disebabkan minimnya informasi.
“Pengungkapan ini memang rumit karena minim informasi,” jelas Kombes Abast.
Kasus pembunuhan Vina Cirebon pada tahun 2016 memang menyita perhatian publik.
Awalnya, Vina dan kekasihnya, Rizky Rudiana, diduga terlibat kecelakaan.
Namun, penyelidikan lebih lanjut mengungkap bahwa mereka adalah korban pembunuhan yang dilakukan oleh anggota geng motor.
“Kasus ini memang viral pada 2016, tapi pengungkapan pelaku sangat sulit,” kata Marliyana. (*)