JAKARTA, BARAK.ID – Tragedi yang membelit Mirna Salihin dan Jessica Wongso memasuki babak baru setelah rilisnya film dokumenter “Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso” di platform streaming Netflix. Edi Darmawan Salihin, ayah dari Mirna Salihin, sekali lagi menegaskan keyakinannya bahwa Jessica adalah pelaku pembunuhan terhadap putrinya.
Jessica Wongso Pembunuh Berdarah Dingin
“Dia malu sebab saat dia keluar dari penjara semua orang akan memberinya label pembunuh berdarah dingin,” ungkap Edi mengenai Jessica. Kendati begitu, Jessica, yang tengah menjalani masa tahanan, tetap membantah telah melakukan pembunuhan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, kasus yang semula hanya menjadi sorotan lokal ini mulai menarik perhatian internasional, khususnya setelah munculnya pengakuan dari mantan kekasih Jessica, Patrick O’Connor, kepada kepolisian New South Wales, Australia.
Dalam kesaksiannya, John Jesus Torres, aparat kepolisian dari New South Wales, mengungkapkan bahwa Jessica memiliki 14 catatan kepolisian selama ia tinggal di Australia. Sejumlah catatan tersebut berasal dari O’Connor, yang mengaku khawatir akan keselamatannya sendiri karena perilaku Jessica.
“O’Connor memiliki kekhawatiran terhadap tindakan Nona Wongso. Dia meminta mendapatkan perintah penjauhan,” tutur Torres saat bersaksi di PN Jakpus.
Fakta tambahan yang muncul dalam sidang adalah tentang kejiwaan Jessica yang dipertanyakan. Polisi menemukan bukti yang menunjukkan Jessica mengalami tekanan mental dan pernah menyakiti dirinya sendiri. O’Connor sendiri mengalami teror berulang kali dari Jessica yang kerap mengancam akan mengakhiri hidupnya.
Namun, dalam persidangan, Otto Hasibuan, pengacara Jessica, memberikan pembelaan bahwa alasan kliennya menghubungi O’Connor berkali-kali adalah untuk menagih utang. Sebagai balasan, Torres mengatakan bahwa ia tidak mengetahui adanya utang tersebut dan hanya menerima laporan terkait perilaku Jessica.
Baca Juga: Suhardiansyah, Dosen UIN Lampung Terciduk Ngamar Bareng Mahasiswi Cantik
Dengan dirilisnya “Ice Cold”, publik dibuat bertanya-tanya apakah film tersebut memberikan gambaran objektif mengenai Jessica. Dalam dokumenter tersebut, Jessica digambarkan sebagai sosok ‘pembunuh berdarah dingin’ yang sering dikaitkan dengan karakteristik seorang psikopat.
Namun, pendapat tersebut mendapatkan tantangan dari Kriminolog dan Penasehat Kapolri Bidang Kriminologi, Ronny Rasman Nitibaskara. Pada 2016, Ronny mengatakan bahwa Jessica bukanlah psikopat. Dari 22 ciri dan tanda seorang psikopat, Jessica hanya memenuhi 4 diantaranya.
Kasus ini kembali memicu perdebatan publik dan menegaskan pentingnya pendekatan profesional dan objektif dalam penyelidikan kriminal, serta menyoroti bahaya pelabelan prematur tanpa bukti yang memadai. (*)