BARAK.ID – Kondisi Pulau Tagulandang masih dilanda kegelapan setelah letusan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, pada Selasa (30/4/2024).
Dampak Letusan Gunung Ruang, Pulau Tagulandang Gelap Gulita
Pelabuhan Tagulandang di Desa Bahoi hanya diterangi cahaya dari KN SAR Bima Sena, sementara tiang lampu dermaga tetap mati.
Anex Tatulus, seorang warga Desa Mohongsawang, menjelaskan bahwa lampu di pelabuhan padam sejak pukul 01.00 WITA subuh, sesaat setelah letusan yang lebih dahsyat dari sebelumnya terjadi.
“Hujan batu, kerikil debu saat letusan menyebabkan padamnya lampu,” ungkapnya.
Yefti, yang tinggal dekat dermaga Bahoi, merasakan keadaan yang mencekam saat letusan Gunung Ruang terjadi.
Dia menyebut suasana saat itu sangat menakutkan, dengan hujan lebat batu dan pasir serta gemuruh guntur yang mengguncang.
“Kami merasa panik,” katanya, menggambarkan kondisi saat letusan terjadi.
Baca Juga: Dari Total 241 Ribu, Visa Jemaah Haji Indonesia yang Telah Selesai Diproses Masih 171 Ribu
Hingga pukul 22.02 Wita setelah KN SAR Bima Sena berlabuh, lampu di permukiman penduduk sekitar pelabuhan masih belum menyala.
Dari kejauhan, hanya terlihat empat titik cahaya redup di permukiman warga bagian utara, menambah kesan kegelapan yang menyelimuti pulau ini.
Baca Juga: Lokakarya 7 Guru Penggerak Angkatan 9 Pematangsiantar: Panen Hasil Belajar
Anex dan Yefti, bersama dengan warga lainnya, kini berusaha mengungsi ke Kota Manado, mencari perlindungan di rumah sanak famili mereka.
Dampak letusan Gunung Ruang tidak hanya dirasakan secara fisik, tetapi juga menyebabkan ketakutan dan kekhawatiran di antara penduduk Pulau Tagulandang. (*)