Saat dihadapkan dengan tuduhan, Afia mengaku mengidap penyakit kleptomania dan adiksi, serta sering berulang kali berobat ke rumah sakit untuk mengatasi masalahnya.
Namun, sikapnya yang terlihat cuek terhadap tindakannya dipolisikan atau di drop out dari kampus, namun khawatir akan potensi viral di media sosial, menunjukkan betapa dia sangat menjaga citranya di platform tersebut.
“Dia gak takut masuk (ditangkap) polisi, gak takut di-do kampus tapi dia takut diviralin,” tambahnya.
Para korban merasa terkejut dengan kenyataan bahwa Afia lebih takut akan reputasinya di media sosial daripada konsekuensi hukum atas perbuatannya.
Mereka mengungkapkan bahwa Afia lebih cemas akan citranya yang rusak di media sosial daripada dampak tindakannya terhadap orang lain.
“Kenapa, karena image yang dia bangun di sosmed itu sangat amat dia jaga, wkwk hati-hati banget ya buat kalian yang ketemu orang ini,” jelasnya.
Sementara itu, Afia sempat kabur dengan pacarnya setelah kejahatannya terbongkar.
Baca Juga: Jejak Afia Rahmatunufus, Mahasiswi Unikom Viral Diduga Kleptomania
Namun, ia kemudian meminta maaf dengan didampingi oleh kakaknya saat bertemu dengan para korbannya.
Namun, permintaan maaf ini tidak diterima oleh para korban, yang merasa bahwa Afia berusaha memainkan playing victim dan menghindari tanggung jawabnya.
Para korban menegaskan bahwa mereka tidak akan memaafkan Afia, terutama setelah dia terbukti berbohong dan berusaha mengalihkan perhatian dengan mengaku difitnah oleh temannya.
Mereka menegaskan bahwa Afia harus bertanggung jawab atas perbuatannya dan belajar dari kesalahannya. (*)