Kepala Desa Banjarwangunan, Sulaeman, bersama dengan kepolisian melakukan pengecekan mendalam terhadap nama-nama tersebut.
“Setelah polisi merilis tiga nama pelaku berasal dari Desa Banjarwangunan, saya didampingi kepolisian mengkroscek langsung tiga nama tersebut,” ujar Sulaeman.
Sulaeman menjelaskan bahwa hasil pengecekan terhadap tiga nama yang dirilis polisi, yaitu Egi, Andi, dan Dani, menunjukkan bahwa tidak ada warga bernama Egi atau Pegi yang terdaftar di desanya.
Dari 15 orang bernama Andi yang diperiksa, tidak satupun yang sesuai dengan orang yang dicari polisi.
Hal serupa juga terjadi dengan 10 orang bernama Dani yang ternyata tidak ada yang cocok dengan deskripsi pelaku.
Sulaeman mengakui bahwa proses pengecekan identitas ini mengalami kesulitan karena polisi hanya merilis nama dan ciri-ciri tanpa disertai foto, nama lengkap, atau sketsa wajah pelaku.
“Karena kami datangi langsung rumahnya dan alhamdulillah tidak sesuai dengan DPO yang dicari polisi,” katanya.
Meskipun begitu, Sulaeman menyampaikan kekhawatirannya terkait nama desa yang sedikit tercoreng akibat dugaan tersebut.
Kasus pembunuhan Vina Cirebon yang kembali mencuat ini telah memicu reaksi beragam dari masyarakat.
Banyak yang merasa bahwa keterlibatan anak pejabat dalam kasus kriminal sering kali sulit diungkap karena adanya intervensi politik.
Namun, dengan dukungan publik dan tekanan dari media sosial, harapannya adalah pihak berwenang dapat menyelesaikan kasus ini dengan lebih cepat dan transparan.
Kasus pembunuhan Vina Cirebon kini menjadi sorotan publik setelah diangkat ke layar lebar dan adanya isu keterlibatan anak mantan bupati.
Pengacara keluarga Vina, Hotman Paris, mendesak penyidik Polda Jabar untuk segera menyelidiki kebenaran isu tersebut dan mengambil tindakan tegas. (*)