Dalam momen bersejarah ini, Susanti juga menyerukan pentingnya mengedepankan perdamaian, kerukunan, dan toleransi di Kota Pematangsiantar.
Hal ini sejalan dengan semangat toleransi yang telah diwariskan sang raja.
“Toleransi sejatinya sudah dipelopori dan sudah dimiliki oleh Raja Sang Naualuh Damanik. Ini merupakan warisan yang harus terus kita jaga dan terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tuturnya.
Dia mengingatkan, pada 2015 lalu, Kota Pematangsiantar pernah menduduki peringkat 3 besar Kota Tertoleran se-Indonesia.
Namun, pada 2018 peringkat tersebut melorot drastis ke urutan 51.
Kemudian di tahun 2022, kota ini menempati peringkat 31.
Beruntungnya, di tahun 2023 Pematangsiantar berhasil merangsek kembali ke posisi ke-11.
“Insya Allah, di tahun yang akan datang, kita berada di urutan 10 besar, bahkan jika memungkinkan, tiga besar Kota Tertoleran se-Indonesia. Tentunya, hal ini harus dilaksanakan oleh kita semua dalam menjaga kerukunan, kedamaian, dan kekondusifan di Kota Pematangsiantar,” tegasnya.
Baca Juga: Viral Siswa SMP di Makassar Dikeroyok 5 Pelajar hingga Terkapar
Sebelumnya, Ketua Panitia Haul ke-110 Raja Sang Naualuh Damanik sekaligus Sekretaris Umum Yayasan Raja Sang Naualuh Damanik, Edy Juniharto, menjelaskan bahwa dalam setiap peringatan Hari Jadi Kota Pematangsiantar selalu terdapat rangkaian acara peringatan Haul Raja Sang Naualuh Damanik.
“Tahun ini, Kota Pematangsiantar memperingati hari kelahirannya yang ke-153, sementara untuk Haul Raja Sang Naualuh Damanik adalah peringatan yang ke-110 tahun, yang bermakna sebagai peringatan wafatnya sang raja 110 tahun yang lalu dalam usia 43 tahun,” paparnya.
Edy berharap agar kegiatan ini tidak sekadar menjadi seremoni belaka.
Dia mengajak masyarakat untuk meneladani sifat-sifat Raja Sang Naualuh Damanik yang telah berjasa bagi kemajuan Pematangsiantar.
Acara zikir dan peringatan Haul ke-110 ini diisi dengan tausiyah oleh Al Ustadz Prof Dr Ir Harmein Nasution. (*)