Menurut Septiana, keputusannya menekuni Bahasa Inggris bukanlah tanpa alasan. Ia terinspirasi oleh anjuran sang ayah dan dukungan tidak terbatas dari keluarganya. Alumni SMK N 1 Pematang Siantar ini membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang bagi seseorang untuk mencapai mimpi.
Dengan mata yang berkaca-kaca, Septiana berbagi cerita tentang tekadnya untuk mengangkat derajat kehidupan keluarganya. “Mimpi saya adalah melepaskan orangtua dari rutinitas sebagai tukang pijat yang telah mereka jalani bertahun-tahun,” ungkap Septiana penuh haru.
Baca Juga: Tenda Serba Guna di Humbahas Jadi Ruang Ujian bagi Anak Korban Bencana
Pasangan F Pasaribu dan N Br Haloho, yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang pijat, merasakan kebanggaan yang tidak terhingga ketika melihat putri mereka naik ke panggung wisuda. N. Br Haloho, ibunda Septiana, dengan mata berbinar menyampaikan harapannya agar putri tercinta ini dapat terus meraih sukses dan membawa kebanggaan bagi keluarga.
Kisah Septiana Hirawati Pasaribu bukan sekadar tentang capaian akademis, tetapi juga tentang bagaimana kegigihan, ketabahan, dan dukungan keluarga mampu mengubah keterbatasan menjadi kekuatan untuk mencapai impian. Ini adalah cerita tentang bagaimana seorang putri Simalungun berhasil menorehkan tinta emas di buku sejarah Universitas Nommensen, Siantar. (*)