Warga di Rafah membutuhkan bantuan internasional yang lebih besar untuk dapat bertahan hidup di tengah kekerasan ini.
Pada tingkat diplomatik, tekanan untuk mengakhiri konflik ini semakin terasa.
Pengadilan Internasional PBB telah mengeluarkan seruan untuk menghentikan serangan terhadap Rafah, tetapi tanpa hasil yang signifikan.
Di samping itu, muncul demonstrasi di berbagai negara yang mengecam Israel atas tindakan agresifnya.
Di Turki, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengecam keras PBB atas kegagalan mereka dalam menangani krisis ini, menambah tekanan bagi lembaga internasional untuk bertindak tegas.
Baca Juga: Militer Israel Bunuh 15 Anak di Gaza Lewat Serangan Udara
Dampak psikologis dari serangan ini juga tidak dapat diabaikan.
Banyak anak-anak dan remaja di Rafah mengalami trauma berat akibat kekerasan yang mereka saksikan setiap hari.
Banyak di antara mereka kehilangan keluarga, teman, atau rumah mereka sendiri dalam serangan-serangan yang terus menerus.
Organisasi kemanusiaan mencatat bahwa krisis kesehatan mental semakin memburuk di tengah konflik ini, dengan banyak anak yang mengalami gangguan stres post-traumatik dan depresi.
Secara keseluruhan, eskalasi kekerasan yang dipimpin oleh Israel di Rafah telah menciptakan tragedi kemanusiaan yang mendalam.
Komunitas internasional diharapkan untuk bertindak lebih tegas dalam menekan Israel untuk menghormati hak asasi manusia dan mengakhiri serangan terhadap warga sipil yang tidak bersenjata.
Sudah waktunya dunia menunjukkan solidaritasnya dengan Palestina dan mencari solusi politik yang berkelanjutan untuk mengakhiri konflik ini, sebelum lebih banyak korban jiwa yang tidak bersalah menjadi korban dari kebrutalan perang ini. (*)