Misrotun, ibunda PJ, dengan emosi mengisahkan bagaimana putrinya pulang sekolah dalam keadaan histeris, merasa tertekan dengan kesalahan yang tidak pernah dilakukannya. “Dia menangis dan berteriak keras begitu sampai di rumah, mengakui perbuatan yang sebenarnya bukan kesalahannya,” kata Misrotun.
Meski kasus ini telah menarik perhatian pihak sekolah, hasil dari beberapa audiensi yang dilakukan tampaknya belum memuaskan. Dalam pertemuan terakhir pada 16 Oktober, pihak sekolah bahkan menyatakan kasus ini sudah dianggap selesai. “Kepala sekolah berkata bahwa jika putri saya masih ingin bersekolah, ia akan berbicara dengan teman-temannya. Namun, jika tidak, ya sudah,” tutup Misrotun. (*)