Masyarakat berharap bahwa keadilan dapat ditegakkan dan tidak ada lagi yang menjadi korban salah tangkap.
Saka Tatal mengisahkan bahwa saat ia sedang mengisi bensin untuk sepeda motor pamannya, tiba-tiba saja ia ditangkap oleh polisi tanpa penjelasan.
“Pas baru nyampe, sudah ada polisi. Saya datangin, niatnya cuma anterin motor, malah saya ikut ditangkap juga tanpa penjelasan apapun,” ungkapnya.
Kejadian ini membuat Saka bingung dan terkejut karena merasa tidak tahu menahu tentang pembunuhan yang dituduhkan kepadanya.
Sesampainya di kantor polisi, Saka menceritakan momen mengerikan yang dialaminya.
Ia dipukuli dan disiksa secara brutal oleh para penyidik.
“Saya disuruh mengakui apa yang bukan saya lakukan. Saya dipukuli, disiksa, dibejek segala macam sampai disetrum, yang mukulin anggota polisi semua,” kenangnya.
Akibat penyiksaan tersebut, Saka terpaksa mengaku terlibat dalam pembunuhan Vina.
Titin Prialianti, pengacara Saka, menambahkan bahwa kliennya masih sangat trauma akibat penyiksaan yang dialaminya.
“Saka gemetaran sekali saat menceritakan ini, dia masih trauma dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan,” kata Titin.
Trauma ini membuat Saka kesulitan untuk menjawab pertanyaan lebih lanjut tentang kasus tersebut.
Setelah pengakuan Saka dan klarifikasi dari pengacaranya dipublikasikan, banyak masyarakat yang memberikan dukungan moral.
Mereka berharap agar kasus ini diselidiki ulang dan kebenaran dapat terungkap.
“Kami ingin kasus ini diselidiki ulang agar tidak ada lagi korban salah tangkap seperti Saka,” tulis seorang netizen di media sosial.
Pengacara Saka, Titin Prialianti, berharap bahwa pihak berwenang akan memperhatikan bukti-bukti yang ada dan mengkaji ulang kasus ini.
“Kami berharap ada penyelidikan ulang dan keadilan bisa ditegakkan,” katanya.
Ia menegaskan bahwa proses hukum yang adil adalah hak setiap warga negara, dan kasus ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak agar tidak terjadi lagi ketidakadilan dalam penegakan hukum. (*)