Percakapan tersebut menunjukkan bahwa awalnya ayah calon pengantin pria berkali-kali menegaskan bahwa “anak saya ini dibeli” selama proses tanda tando atau tunangan. Keluarga Shintia berusaha bernegosiasi dan akhirnya berhasil mencapai kesepakatan untuk membayar uang panai sebesar Rp500 juta. Namun, seluruh biaya yang dikeluarkan, termasuk vendor dan persiapan pernikahan, tetap harus ditanggung oleh keluarga Shintia.
Meskipun ayah dari calon pengantin pria selalu menyatakan setuju dengan pernikahan tersebut, tindakannya berbicara sebaliknya. Ia mempersoalkan hal-hal yang sebelumnya tidak menjadi masalah dan bahkan tidak mengangkat telepon sampai Shintia mengakhiri hidupnya.
Baca Juga: Kisah Pilu Shintia Indah Permatasari: Dari Prewedding, Uang Panai hingga Souvenir Nikah yang Tragis
Diduga, salah satu alasan mengapa pihak keluarga calon pengantin pria tidak merestui pernikahan adalah karena Shintia tidak berasal dari kalangan berada seperti mereka. Salah satu kabar yang beredar adalah bahwa keluarga Shintia tidak dapat memberikan uang panai sebesar Rp1.5 miliar yang diminta oleh keluarga calon pengantin pria yang berasal dari keluarga berkecukupan.
Tragedi kematian Shintia Indah Permatasari yang menghebohkan masyarakat Padang ini juga melibatkan kabar bahwa keluarga pria tidak memberikan restu untuk pernikahan Shintia dengan seorang Akpol. Meskipun telah ada persiapan prewedding dan pemesanan souvenir untuk pernikahan, Shintia akhirnya harus mengakhiri hidupnya setelah perjuangan yang panjang. (*)