BARAK.ID – Sebuah video berisi dugaan ujaran kebencian dan tuduhan keji tentang “Dinasti Drakula Penghisap Darah Simalungun” telah menjadi sorotan tajam di tengah masyarakat Kabupaten Simalungun.
Video tersebut dinilai sebagai upaya provokasi yang dapat memecah belah masyarakat dan menimbulkan sentimen negatif di tengah-tengah publik.
Menanggapi hal tersebut, Sabar Sirait, Sekretaris Jenderal MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Simalungun, melaporkan kasus ini ke Polda Sumatera Utara.
Laporan resmi telah diterima pihak kepolisian dengan nomor laporan LP/B1606/XI/2024/SPKT/POLDA Sumatera Utara pada Kamis, 7 November 2024.
Sabar Sirait menyatakan bahwa video tersebut merupakan bentuk fitnah yang serius.
“Konten ini bukan hanya hinaan, tapi juga sebuah hasutan yang berpotensi memecah belah individu dan kelompok,” ungkap Sabar usai menyampaikan laporan di Medan, Jumat (8/11/2024).
Lebih lanjut, Sabar mengungkapkan bahwa video tersebut diduga kuat dibuat dan disebarkan oleh pihak yang berkaitan dengan tim pemenangan salah satu pasangan calon kepala daerah di Pilkada Simalungun.
“Kami memiliki informasi bahwa video ini disebarkan oleh oknum tim pemenangan Radiapoh Hasiholan Sinaga-Azi Pratama Pangaribuan, atau Paslon Bupati Nomor Urut Satu,” jelas Sabar.
Menurutnya, beberapa individu yang terlibat sudah diidentifikasi.
“Ada dua nama yang muncul, yakni BS dan AY, yang diduga sebagai pelaku utama. Nama ini diungkap oleh TN, salah satu koordinator desa, dan MS, koordinator kecamatan dari tim RHS-AZI,” tambah Sabar.
Ia menyesalkan adanya strategi politik seperti ini.
“Dalam politik, seharusnya kita menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Menyebarkan hoaks dan fitnah, apalagi dengan motif untuk menjatuhkan lawan, merupakan tindakan tidak bermoral yang hanya akan merusak tatanan masyarakat,” tegasnya.
Video yang telah beredar luas itu tak hanya menuai reaksi keras dari kalangan masyarakat, tetapi juga berpotensi memicu konflik horizontal.
Sabar menegaskan bahwa dampak dari konten seperti ini sangat berbahaya, terutama menjelang Pilkada pada 27 November mendatang.
“Hoaks seperti ini dapat memicu permusuhan antarpendukung, bahkan bisa berkembang menjadi konflik yang sulit dikendalikan,” katanya.
Seorang warga Simalungun, Lestari Sinaga, menyatakan kekhawatirannya terhadap situasi ini.