Sejarah xenotransplantasi memiliki cerita panjang. Misalnya, upaya transplantasi jantung babon ke bayi pada 1984 hanya membuahkan hasil sebentar, dengan bayi yang hanya bertahan hidup 20 hari. Namun, babi, dengan ukuran organ yang cocok, pertumbuhan cepat, dan kapasitas reproduksi yang tinggi, dianggap sebagai donor potensial yang ideal untuk manusia.
Baca Juga: Apa Arti Dibalik Kunjungan Kim Jong Un ke Pabrik Pesawat Tempur Rusia?
Salah satu tonggak penting lainnya dalam xenotransplantasi adalah transplantasi jantung dari babi ke manusia oleh Fakultas Kedokteran Universitas Maryland pada Januari 2022. Sayangnya, pasien meninggal dua bulan kemudian, di mana keberadaan virus tertentu di organ tersebut menjadi penyebab utama.
Sementara itu, ilmuwan China juga tidak mau ketinggalan. Mereka telah menerbitkan karya ilmiah yang menunjukkan keberhasilan mereka dalam menanamkan ginjal hibrida babi-manusia pada embrio babi. Metode ini menjadi salah satu pendekatan alternatif untuk mengatasi kekurangan donor organ.
Namun, seperti banyak inovasi lainnya dalam medis, xenotransplantasi membawa sejumlah dilema etika, terutama terkait dengan temuan sel manusia di otak babi.
Meskipun masih banyak tantangan yang dihadapi, eksperimen ini mendorong batas kemampuan medis manusia, memberikan harapan bagi ribuan pasien yang membutuhkan transplantasi. (*)