“Saya kira Kartu SiKerja bisa kami pakai untuk langsung membuka usaha, tetapi ternyata tidak ada gunanya, hingga saya merantau mencari pekerjaan di luar kota, tidak pernah mendapatkan manfaatnya,” kata ibu muda ini, menyiratkan rasa kecewanya.
Menurutnya, program yang tidak terealisasi ini tidak hanya menggerus kepercayaannya, tetapi juga mendorongnya untuk mencari jalan lain.
“Saat merasa tidak diperhatikan, pilihan untuk merantau menjadi lebih masuk akal,” ketusnya.
Dengan semakin dekatnya Pilkada 2024, kepercayaan Sartika terhadap calon kepala daerah yang pernah menjanjikan program unggulan tersebut berada pada titik nadir.
Janji-janji yang dianggap kosong, membuat dirinya skeptis terhadap berbagai program baru yang dijanjikan.
“Sulit untuk kembali percaya,” pungkasnya.
Isu seputar Kartu SiKerja kini dianggap sebagai salah satu titik lemah utama bagi salah satu calon menjelang pemilihan kepala daerah.
Warga berharap, siapa pun yang terpilih nantinya dapat menghadirkan program yang tidak sekadar menjadi “hiasan dompet,” tetapi membawa perubahan nyata bagi kesejahteraan masyarakat. (*)