Misalnya, pada Maret 2020, pasar global jatuh 30% akibat COVID-19, namun pulih hanya dalam 6 bulan.
Investor yang menjual di titik terendah kehilangan kesempatan pemulihan.
2. Kesulitan dalam Prediksi
Penelitian Vanguard menunjukkan bahwa 70% keputusan timing the market gagal mengalahkan strategi buy-and-hold.
Bahkan profesional sekalipun kesulitan secara konsisten memprediksi tren jangka pendek.
Strategi Menerapkan “Time in the Market”
1. Diversifikasi Portofolio
Alokasikan aset ke berbagai instrumen (saham, obligasi, emas) dan sektor untuk mengurangi risiko.
Contoh: Portofolio 60% saham dan 40% obligasi historis memberikan return stabil dengan volatilitas terkendali.
2. Investasi Berkala (Dollar-Cost Averaging)
Investasi rutin setiap bulan membantu memitigasi risiko volatilitas.
Misalnya, membeli saham saat harga naik dan turun akan merata-ratakan harga beli (average cost).
3. Rebalancing Portofolio
Tinjau ulang alokasi aset setahun sekali untuk memastikan sesuai dengan profil risiko.
Misalnya, jika saham tumbuh hingga 70% dari portofolio, jual sebagian untuk kembali ke alokasi 60%.
4. Fokus pada Tujuan Jangka Panjang
Tetapkan tujuan finansial (misalnya dana pensiun atau pendidikan anak) dan hindari reaksi berlebihan terhadap fluktuasi harian.
Studi Kasus: Kinerja S&P 500 (1990-2023)
Jika Anda berinvestasi Rp1 miliar di S&P 500 pada 1990 dan tetap bertahan hingga 2023, portofolio akan tumbuh menjadi Rp38 miliar (asumsi return tahunan 10%).
Namun, jika Anda melewatkan 10 hari perdagangan terbaik dalam 33 tahun tersebut, return turun drastis menjadi Rp15 miliar.
Prinsip time in the market bukan sekadar jargon, tetapi strategi yang terbukti secara empiris. Dengan tetap bertahan di pasar, investor memanfaatkan compounding return, menghindari kesalahan emosional, dan mengurangi biaya transaksi. Seperti kata Warren Buffett, “The stock market is designed to transfer money from the active to the patient.” Daripada mencoba memprediksi waktu terbaik, fokuslah pada kedisiplinan, diversifikasi, dan konsistensi dalam investasi jangka panjang.
FAQ Singkat:
- Q: Apakah time in the market cocok untuk semua jenis investasi?
A: Ya, prinsip ini berlaku untuk saham, reksa dana, atau properti, aset dengan pertumbuhan jangka panjang. - Q: Bagaimana jika pasar mengalami resesi?
A: Sejarah menunjukkan pasar selalu pulih. Investor yang tetap bertahan cenderung mendapatkan keuntungan dalam fase pemulihan.
Disclaimer:
Informasi dalam artikel ini disajikan untuk tujuan edukasi dan informasi umum semata. Konten tidak dimaksudkan sebagai saran, rekomendasi, atau ajakan untuk membeli/menjual instrumen investasi tertentu. Setiap keputusan investasi merupakan tanggung jawab pribadi investor dan harus disesuaikan dengan tujuan finansial, profil risiko, serta kondisi keuangan masing-masing individu.