Misalnya, investasi di industri kayu yang menerapkan sistem tebang pilih atau pertanian organik.
Di Indonesia, perusahaan seperti APP Sinar Mas telah berkomitmen pada praktik kehutanan berkelanjutan melalui sertifikasi FSC (Forest Stewardship Council).
4. Inovasi Teknologi Hijau
Investasi di teknologi rendah emisi dan ramah lingkungan menjadi prioritas.
Contohnya adalah pendanaan startup pengembang baterai lithium untuk kendaraan listrik atau perusahaan yang mengembangkan material bangunan daur ulang.
Di Indonesia, startup seperti eFishery (teknologi budidaya ikan berkelanjutan) menarik minat investor global.
5. Transparansi dan Akuntabilitas
Investor ramah lingkungan wajib memastikan bahwa dana mereka digunakan sesuai tujuan melalui pelaporan berkala.
Misalnya, penerbitan green bond (obligasi hijau) harus menyertakan laporan dampak lingkungan tahunan.
6. Kemitraan Multipihak
Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil penting untuk memperluas skala investasi hijau.
Di Indonesia, program SDGs Indonesia One melibatkan berbagai pihak untuk mendanai proyek infrastruktur berkelanjutan.
Manfaat Investasi Ramah Lingkungan
- Pengurangan Risiko Jangka Panjang
Perusahaan dengan praktik ramah lingkungan cenderung lebih tangguh menghadapi regulasi lingkungan yang semakin ketat. - Dampak Sosial Positif
Investasi di sektor energi terbarukan menciptakan lapangan kerja baru. Menurut ILO, transisi ke ekonomi hijau bisa menghasilkan 24 juta pekerjaan global hingga 2030. - Return yang Kompetitif
Studi oleh Morgan Stanley (2020) menunjukkan bahwa portofolio ESG memiliki kinerja setara atau lebih baik dibandingkan portofolio konvensional. - Reputasi Perusahaan
Perusahaan yang berkomitmen pada prinsip hijau lebih mudah menarik investor dan konsumen milenial yang peduli lingkungan.
Tantangan dan Peluang di Indonesia
Indonesia memiliki potensi besar sebagai pasar investasi hijau, terutama di sektor energi terbarukan, kehutanan berkelanjutan, dan pengelolaan sampah. Namun, beberapa tantangan perlu diatasi:
- Regulasi yang Belum Matang
Meski pemerintah telah meluncurkan Perpres No. 98/2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon, implementasinya masih memerlukan penyempurnaan. - Keterbatasan Infrastruktur
Pembangkit listrik tenaga surya dan angin membutuhkan jaringan transmisi yang memadai, yang masih terbatas di daerah terpencil. - Edukasi Investor
Banyak investor lokal masih menganggap kriteria ESG sebagai beban biaya, bukan investasi jangka panjang.
Di sisi lain, peluang Indonesia sangat menjanjikan:
- Potensi energi terbarukan mencapai 3.686 GW, terutama dari surya, hidro, dan panas bumi.
- Pasar obligasi hijau Indonesia tumbuh 45% pada 2022, mencapai Rp 25 triliun.
- Dukungan global melalui program seperti Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai $20 miliar.
Strategi Memulai Investasi Ramah Lingkungan
- Pilih Instrumen yang Tepat
Mulailah dengan reksa dana ESG, green bond, atau saham perusahaan dengan peringkat ESG tinggi. - Lakukan Due Diligence
Pastikan perusahaan atau proyek memiliki sertifikasi seperti Green Label atau laporan keberlanjutan yang transparan. - Manfaatkan Platform Digital
Platform seperti Stockbit atau Bareksa menyediakan analisis ESG untuk membantu keputusan investasi. - Kolaborasi dengan Komunitas
Bergabunglah dengan forum investor hijau seperti Indonesia Sustainable Finance Initiative untuk bertukar wawasan.
Investasi ramah lingkungan bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan untuk memastikan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.
Dengan menerapkan prinsip ESG, fokus pada energi terbarukan, dan kolaborasi multipihak, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam pasar hijau global.
Bagi investor, langkah ini tidak hanya mendatangkan keuntungan finansial, tetapi juga warisan positif bagi generasi mendatang. (*)
Disclaimer:
Informasi dalam artikel ini disajikan untuk tujuan edukasi dan informasi umum semata. Konten tidak dimaksudkan sebagai saran, rekomendasi, atau ajakan untuk membeli/menjual instrumen investasi tertentu. Setiap keputusan investasi merupakan tanggung jawab pribadi investor dan harus disesuaikan dengan tujuan finansial, profil risiko, serta kondisi keuangan masing-masing individu.