Di tengah dunia yang keras ini, ganja adalah satu-satunya sumber penghasilan yang bisa mereka andalkan.
Mereka telah menanam dan menghisap ganja selama berabad-abad, dan tanaman ini tumbuh subur di sekitar desa mereka.
Selain untuk dijual, ganja juga digunakan sebagai obat tradisional.
Menyeduh daun ganja untuk mengobati diare mungkin terdengar aneh, tetapi studi terbaru menunjukkan bahwa anggota suku Pygmy yang menghisap ganja cenderung lebih jarang terinfeksi cacing parasit secara berat.
Dengan diare menjadi penyebab utama kematian di Kongo, mungkin nenek moyang Pygmy telah menemukan sesuatu yang penting.
Ketika malam tiba, aku melihat lebih banyak orang menyalakan gulungan ganja daripada menyalakan api untuk memasak.
Hubungan mereka dengan ganja sangat mendasar dan berbeda dari apa yang pernah aku temui sebelumnya.
Mereka menggunakan ganja untuk bertahan hidup di tengah kondisi yang sangat keras.
Di tepi Danau Kivu terletak kota Goma, rumah bagi sekitar satu juta orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem tanpa listrik atau air bersih.
Situasi ini sebagian besar disebabkan oleh perang tanpa akhir di Kongo yang dipicu oleh sumber daya mineral negara yang melimpah.
Kiri, seorang ibu tunggal dengan sepuluh anak menemukan cara unik untuk bertahan hidup dengan menjual ganja ilegal di sini.
Kiri mengatakan meskipun ganja ilegal, dia merasa bahwa menjualnya adalah cara yang baik untuk menghasilkan uang.
Kiri mengakui bahwa dia sering menghadapi risiko ditangkap oleh pihak berwenang, tetapi dia tetap melakukannya demi anak-anaknya.
Baca Juga: Mengatasi Kebiasaan Ngiler Saat Tidur: Solusi dan Penyebabnya
Kiri bukan hanya mencari nafkah dengan menjual ganja, tetapi juga membantu wanita lain di komunitasnya untuk mandiri dengan cara yang sama.
Dia menunjukkan kepada mereka bagaimana menghasilkan uang dengan menjual ganja daripada menjual tubuh mereka.
Anggota militer Kongo juga terpaksa menjual ganja untuk menambah penghasilan mereka yang rendah.
Salah satu dari mereka adalah Mutaba, seorang anggota polisi militer yang telah menjual ganja selama lebih dari sepuluh tahun.
Mutaba menjelaskan bahwa gajinya dari militer sangat rendah, dan dia harus mencari cara lain untuk menghidupi keluarganya.
Kepala biro PBB di Goma, Daniel Ruiz, berbicara tentang situasi di Kongo.
Ada sekitar 46 kelompok bersenjata yang beroperasi di Kongo Timur.
Salah satu kelompok yang paling mengancam stabilitas Kongo adalah FDLR, milisi yang dibentuk oleh pelaku genosida Rwanda tahun 1994.
FDLR mengontrol wilayah Missi, tempat banyak ganja Kongo ditanam.
Para petani ganja yang hidup di bawah kendali milisi, bercerita tentang bagaimana mereka menanam dan menjual ganja untuk bertahan hidup, meskipun harus menghadapi risiko besar.
Demikian tentang peran ganja dalam kehidupan masyarakat Kongo.
Di negara yang dilanda perang ini, di mana banyak orang terputus dari kekayaan sumber daya alam yang melimpah, ganja menjadi semacam sumber daya demokratis yang tumbuh di sela-sela masyarakat yang hancur.
Ganja mungkin tidak akan menyembuhkan semua tragedi di Kongo, tetapi tanaman ini berhasil menjadi penopang kehidupan banyak orang di tengah kondisi yang sangat sulit. (*)