BARAK.ID – Sebagai bentuk keberagaman budaya dan kepercayaan yang kaya, Indonesia memiliki sejumlah kepercayaan lokal yang mendalam dan masih lestari di masyarakat. Salah satunya adalah Ugamo Malim, sebuah kepercayaan asli suku Batak di Provinsi Sumatera Utara. Penganutnya, yang dikenal dengan Parmalim, telah mempraktikkan tradisi dan ritual mereka selama berabad-abad di Bale Pasogit, sebuah tempat ibadah yang berlokasi di Huta Tinggi.
Mengenal Kepercayaan Parmalim
Dikutip dari Jurnal Harmoni Kementerian Agama Vol. 12 No. 2 (2013), dalam doktrin Parmalim, Tuhan yang dikenal sebagai Debata Mulajadi Nabolon, dihormati sebagai pencipta, pemilik, dan penguasa alam semesta. Menariknya, setelah meninggalnya Raja Sisingamangaraja XII, Parmalim berkembang menjadi beberapa aliran dengan pusat-pusat di berbagai daerah, termasuk di Huta Tinggi, Pangururan, dan Sigaol.
Arsitektur dan Tradisi di Bale Pasogit
Sebagai pusat kegiatan rohani Parmalim, Bale Pasogit di Huta Tinggi menghadirkan empat bangunan utama dengan arsitektur Batak yang mencolok. Empat bangunan tersebut adalah Bale Partonggoan (tempat doa), Bale Parpiataan (tempat sakral), Bale Pangaminan (tempat pertemuan), dan Bale Parhobasan (dapur komunal).
Baca Juga: Leksa Sejarah Pemakaman Raja dan Situs Cagar Budaya Asta Tinggi Sumenep
Ritual yang diadakan di sini mencerminkan kepercayaan mendalam dan rasa syukur terhadap alam dan Tuhan. Dua ritual besar, Sipaha Sada dan Sipaha Lima, diadakan setiap tahun dengan tarian tor-tor dan musik tradisional Batak yang disebut Gondang Sabangunan. Dalam pelaksanaan upacara tersebut, ada kode berpakaian yang harus diikuti, mencerminkan keanggunan dan kekudusan tradisi mereka.
Upacara Sipaha Lima: Sebuah Pujian dan Refleksi
Upacara Sipaha Lima, yang diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 2016, dilaksanakan dalam tiga tahap selama tiga hari. Tahap pertama, Parsahadatan, berfokus pada doa dan sambutan. Pameleon, tahap kedua, adalah inti dari ritual tersebut, di mana para penganut mempersembahkan doa dan sesaji kepada Debata Mulajadi Nabolon. Sementara tahap ketiga, Panantion, menutup upacara dengan ceramah keagamaan dan pembagian daging.
Prinsip dan Aturan Parmalim
Ugamo Malim, dasar dari kepercayaan Parmalim, memiliki tujuh aturan dasar yang mencakup aspek-aspek kehidupan, mulai dari kelahiran hingga ibadah. Prinsip-prinsip ini mencerminkan kedalaman dan ketulusan kepercayaan mereka. Parmalim juga wajib menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, seperti menghormati dan menyantuni sesama.
Baca Juga: Kuntilanak, Mitos Hantu Perempuan Menyeramkan
Kepercayaan ini menolak konsep panti asuhan atau panti jompo, karena mendorong para penganutnya untuk selalu bertanggung jawab atas anggota keluarganya. Sebagai refleksi dari prinsip ini, mereka memiliki Ugasan Torop, lembaga keuangan komunitas yang bertujuan untuk mendukung anggota masyarakat yang membutuhkan.
Dengan kedalaman tradisi, spiritualitas, dan komitmen sosialnya, Parmalim dan Ugamo Malim tetap menjadi bagian penting dari tapestri budaya dan kepercayaan di Indonesia, khususnya di kalangan suku Batak di Sumatera Utara. (*)