Sistem evakuasi yang kuat memungkinkan negara-negara dengan populasi besar seperti tiga negara di atas untuk mencatat data dengan lebih efektif. Namun, anak-anak di Tanduk Afrika dan pulau-pulau kecil di Karibia ditemukan lebih rentan. Mereka seringkali menghadapi “krisis yang tumpang tindih”, di mana mereka harus berjuang melawan dampak cuaca ekstrem yang diperparah oleh konflik, instabilitas pemerintahan, dan kemiskinan.
Laporan ini juga menyoroti kisah-kisah tragis. Seperti yang dialami oleh Garima Kumar, seorang anak berusia 10 tahun dari New Delhi, India. Banjir Sungai Yamuna yang belum pernah terjadi sebelumnya menghancurkan rumahnya, menelan seragam sekolah dan buku-buku pelajarannya. Kumar dan keluarganya terpaksa mengungsi, hidup di pinggir jalan dan terputus dari pendidikan selama sebulan.
Baca Juga: Ketinggian Mont Blanc Menyusut, Akibat Perubahan Iklim?
UNICEF menyerukan kepada pembuat kebijakan dan sektor swasta untuk lebih memperhatikan risiko yang dihadapi oleh anak-anak dalam perencanaan iklim dan energi. Meski laporan ini tidak memasukkan potensi langkah mitigasi, UNICEF menegaskan pentingnya layanan seperti pendidikan dan kesehatan untuk menjadi “responsif terhadap guncangan, mudah dipindah, dan inklusif” guna mendukung anak-anak dan keluarga mereka menghadapi bencana dengan lebih baik. (*)