Pemasaran produk pertanian juga menjadi kendala utama bagi petani. Syahrul menyebutkan bahwa banyak petani merasa terpinggirkan dan kesulitan mendapatkan akses ke pasar. “Petani kami membutuhkan jaminan. Kami berharap pemerintah bisa mengintervensi dan memastikan bahwa produk pertanian lokal mendapatkan prioritas di pasar,” tambahnya.
Baca Juga: Rahasia Menarik Bocah Pangandaran Saat Beraksi Memancing Burung Walet
Dalam menanggapi aksi tersebut, Tedi Setiadi, Asisten Daerah (Asda) Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Tasikmalaya memberikan gambaran tentang bagaimana pertanian di kota telah berubah selama beberapa tahun terakhir. Menurutnya, salah satu alasan utama penurunan produktivitas pertanian adalah konversi lahan. “Dengan pertumbuhan populasi yang pesat, lahan pertanian di Tasikmalaya berkurang. Data kami menunjukkan penurunan sekitar 136 hektar sejak 2017,” kata Setiadi.
Namun, apa yang tampak jelas dari demonstrasi hari ini adalah bahwa perubahan harus dilakukan. Mahasiswa Unsil telah menyerukan dialog yang lebih dalam antara pemangku kepentingan di sektor pertanian. Mereka berharap bahwa dengan kolaborasi bersama, masa depan pertanian di Tasikmalaya dapat lebih cerah dan berkelanjutan. (*)