Dari hasil jualannya, Iki tidak lupa menyisihkan uang untuk kebutuhan dan kesenangan adik-adiknya, sebuah tindakan yang menunjukkan kasih sayang dan tanggung jawab yang besar dari seorang anak seusianya.
Produk UMKM yang dijualnya diambil dari sekitar tempat tinggalnya, yang kemudian dikemas dan dijual kembali dengan harga Rp 7.000 per bungkus.
Meski keuntungan yang diperoleh tidak tetap, semangat Iki untuk berjualan tidak pernah pudar.
Di sisi lain, Iki juga menyimpan harapan agar ayahnya, yang meninggalkan mereka saat ibunya sakit parah, dapat kembali dan berkumpul seperti sedia kala.
Kisah Iki bukan hanya tentang perjuangan hidup, melainkan juga tentang harapan, kekuatan, dan cinta kepada keluarga.
Nenek Iki, Sa’adah, menyampaikan kekagumannya terhadap cucunya itu, meski di dalam hatinya terdapat kepedihan melihat cucunya harus berjuang di usia yang sangat muda.
Baca Juga: Speedboat Pembawa Jasad Bayi Tabrak Ketek: 3 Tewas, 5 Luka dan Jenazah Bayi Hilang
Sa’adah selalu mengingatkan Iki untuk berhati-hati saat berjualan dan mengutamakan pendidikan sebagai jalan keluar dari kesulitan hidup yang mereka alami.
Kisah Iki adalah cermin dari realitas kehidupan banyak anak di Indonesia yang harus mengambil alih tanggung jawab sebagai pencari nafkah keluarga di usia dini.
Melalui kisahnya, Iki mengajarkan tentang keberanian, ketegaran, dan pentingnya keluarga, sembari tetap memimpikan masa depan yang lebih cerah bagi dirinya dan adik-adiknya. (*)