Pengalaman empiris ini mengajarkannya prinsip dasar bisnis: memahami nilai uang, risiko, dan pentingnya reinvestasi.
Dari Saham Pertama ke Berkshire Hathaway: Transformasi Filosofi Investasi
Meski saham pertamanya sukses kecil-kecilan, Buffett tidak langsung menjadi investor jenius.
Ia terus belajar dari kesalahan dan mentor.
Di Columbia Business School, ia berguru pada Benjamin Graham, bapak value investing.
Graham mengajarkannya prinsip margin of safety: membeli saham di bawah nilai intrinsiknya.
Pada 1962, Buffett mulai membeli saham Berkshire Hathaway, yang awalnya adalah perusahaan tekstil.
Ia mengubahnya menjadi holding company yang mengakuisisi bisnis bernilai tinggi seperti Coca-Cola, Geico, dan Apple.
Kunci keberhasilannya adalah konsistensi dalam menerapkan prinsip value investing yang ia pelajari sejak muda.
4 Pelajaran Investasi dari Warren Buffett yang Bisa Ditiru
1. Mulai Sedini Mungkin
Buffett kerap menekankan: “Investasi adalah permainan jangka panjang. Semakin awal Anda mulai, semakin besar kekuatan compound interest.” Misalnya, jika Anda mulai berinvestasi 100/bulandiusia20tahundenganreturn8349.100. Jika mulai di usia 30 tahun, nilainya hanya $147.000.
2. Fokus pada Nilai, Bukan Harga
Buffett tidak pernah terpancing tren pasar. Ia mencari perusahaan dengan fundamental kuat, manajemen kompeten, dan harga saham yang undervalued. Contohnya, saat krisis 2008, ia membeli saham Goldman Sachs dan Bank of America saat semua orang panik.
3. Sabar dan Disiplin
Dalam surat tahunan Berkshire Hathaway 2020, Buffett menulis: “Pasar saham adalah alat untuk memindahkan uang dari orang yang tidak sabar ke orang yang sabar.” Ia memegang saham Coca-Cola selama 30+ tahun, menghasilkan dividen miliaran dolar.
4. Terus Belajar
Di usia 93 tahun, Buffett masih menghabiskan 80% waktunya untuk membaca. Ia menganalisis laporan keuangan, berita ekonomi, dan tren industri.
Warren Buffett vs. Generasi Milenial: Relevansi Prinsip Investasi di Era Digital
Di era saham kripto dan trading cepat, prinsip Buffett dianggap “kuno” oleh sebagian orang.
Namun, data membuktikan bahwa strategi buy and hold tetap efektif.
Menurut Morningstar, portofolio Buffett mengalahkan S&P 500 dalam 45 dari 55 tahun terakhir.
Generasi muda bisa mengombinasikan strategi Buffett dengan teknologi.
Misalnya, menggunakan aplikasi investasi untuk analisis saham, tetapi tetap berpegang pada prinsip membeli bisnis berkualitas.
Tidak Ada Kata Terlalu Dini untuk Memulai
Kisah Warren Buffett membeli saham pertama di usia 11 tahun bukan sekadar inspirasi, melainkan bukti bahwa kecerdasan finansial bisa dibentuk sejak kecil.
Dengan disiplin, kesabaran, dan keinginan belajar, siapa pun bisa meniru jejaknya.
Seperti kata Buffett: “Investasi terbaik adalah investasi pada diri sendiri.” (*)
Disclaimer:
Informasi dalam artikel ini disajikan untuk tujuan edukasi dan informasi umum semata. Konten tidak dimaksudkan sebagai saran, rekomendasi, atau ajakan untuk membeli/menjual instrumen investasi tertentu. Setiap keputusan investasi merupakan tanggung jawab pribadi investor dan harus disesuaikan dengan tujuan finansial, profil risiko, serta kondisi keuangan masing-masing individu.