TASIKMALAYA, BARAK.ID – Ratusan mahasiswa dari Universitas Siliwangi (Unsil) memadati jalan-jalan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, hari ini dengan sebuah pesan khusus untuk pemerintahannya: revaluasi dan tingkatkan industri pertanian lokal. Demonstrasi yang berlangsung damai pada Kamis (21/9/2023) ini menjadi tonggak kesadaran publik tentang tantangan yang dihadapi sektor pertanian lokal.
Mahasiswa Unsil Tekan Pemkot Revitalisasi Pertanian
Tepat di jantung masalah ini adalah produktivitas lahan pertanian di kota yang tampaknya tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan warganya sendiri. Syahrul Hidayat, pemimpin demonstrasi dan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Unsil, membawa fakta mengejutkan: berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya, produksi pertanian lokal hanya mencukupi sekitar 62% dari kebutuhan masyarakat.
Defisit ini harus diatasi dengan impor makanan dari luar kota. Namun, Syahrul menekankan bahwa solusi jangka panjang bukanlah meningkatkan impor, melainkan memaksimalkan lahan pertanian lokal yang belum tergarap sepenuhnya. “Kami memahami tantangan urbanisasi dan konversi lahan, tetapi dengan pendekatan yang tepat, Tasikmalaya dapat memproduksi lebih banyak pangan,” katanya.
Baca Juga: 12 Jenis Ikan Cupang Paling Cantik di Dunia, Ada yang Berumur Panjang
Fokus lain dari aksi ini adalah peran penyuluh pertanian. Penyuluh memiliki tanggung jawab mendidik dan membantu petani dengan praktik-praktik terbaru yang dapat meningkatkan hasil panen. Namun, menurut Syahrul, petani merasa kurang didukung. “Penyuluh pertanian datang hanya seminggu sekali, yang membuat banyak program mereka sulit untuk diimplementasikan. Dukungan mereka harus lebih konsisten,” ujarnya.
Pemasaran produk pertanian juga menjadi kendala utama bagi petani. Syahrul menyebutkan bahwa banyak petani merasa terpinggirkan dan kesulitan mendapatkan akses ke pasar. “Petani kami membutuhkan jaminan. Kami berharap pemerintah bisa mengintervensi dan memastikan bahwa produk pertanian lokal mendapatkan prioritas di pasar,” tambahnya.
Baca Juga: Rahasia Menarik Bocah Pangandaran Saat Beraksi Memancing Burung Walet
Dalam menanggapi aksi tersebut, Tedi Setiadi, Asisten Daerah (Asda) Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Tasikmalaya memberikan gambaran tentang bagaimana pertanian di kota telah berubah selama beberapa tahun terakhir. Menurutnya, salah satu alasan utama penurunan produktivitas pertanian adalah konversi lahan. “Dengan pertumbuhan populasi yang pesat, lahan pertanian di Tasikmalaya berkurang. Data kami menunjukkan penurunan sekitar 136 hektar sejak 2017,” kata Setiadi.
Namun, apa yang tampak jelas dari demonstrasi hari ini adalah bahwa perubahan harus dilakukan. Mahasiswa Unsil telah menyerukan dialog yang lebih dalam antara pemangku kepentingan di sektor pertanian. Mereka berharap bahwa dengan kolaborasi bersama, masa depan pertanian di Tasikmalaya dapat lebih cerah dan berkelanjutan. (*)