BARAK.ID – Dalam sebuah wawancara eksklusif, pakar demografi terkemuka, Mark McCrindle, membuka tabir di balik penamaan generasi yang telah menjadi fenomena sosial selama beberapa dekade terakhir.
Dari Baby Boomers, Gen Z hingga Beta: Mengungkap Makna di Balik Label Generasi
Meskipun tidak ada badan resmi yang bertanggung jawab atas penamaan ini, McCrindle mengungkapkan bahwa proses ini lebih dari sekadar tren pop culture, melainkan telah berkembang menjadi bidang serius dalam sosiologi.
“Analisis generasional telah berevolusi dari yang semula dianggap sebagai bagian dari budaya populer menjadi bidang studi yang serius dalam sosiologi,” ujar McCrindle.
Ia menambahkan, “Saya senang bahwa nama yang solid telah melekat dan memberikan struktur, urutan, serta ketelitian yang lebih baik, mengadopsi pendekatan ilmiah.”
Perjalanan penamaan generasi dimulai dengan Baby Boomers, mereka yang lahir antara tahun 1946 hingga 1964.
Baca Juga: Apa itu Burnout Pasca Liburan? Kenali Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Nama ini muncul sebagai respons terhadap lonjakan kelahiran pasca Perang Dunia II.
Namun, McCrindle mengkritisi relevansi nama ini di masa kini.
“Label yang bertahan selama hampir satu abad per generasi, namun mendefinisikan mereka pada titik tertentu di awal kehidupan mereka, tidaklah terlalu membantu,” jelasnya.
Generasi berikutnya, yang dikenal sebagai Gen X (lahir 1965-1980), mendapat namanya dari penulis Kanada, Douglas Coupland, melalui bukunya “Generation X: Tales for an Accelerated Culture” yang terbit pada tahun 1991.
Penamaan ini menandai awal dari tren penggunaan huruf alfabet dalam penamaan generasi.
Milenial, generasi yang kini berusia antara 28 hingga 43 tahun, dinamai demikian karena anggota tertua dari generasi ini memasuki masa dewasa pada pergantian milenium.
Namun, McCrindle kembali mengkritisi, “Pada tahun 2024 ini, pergeseran ke milenium baru lebih merupakan catatan kaki dalam sejarah mereka, bukan karakteristik yang mendefinisikan. Inilah masalah dengan label yang diberikan pada titik waktu tertentu.”
Teoritikus Neil Howe dan William Strauss, yang dianggap sebagai pionir dalam penamaan generasi melalui buku mereka “Generations” (1991), memberikan alasan di balik penamaan Milenial.
Dalam sebuah wawancara dengan NPR pada tahun 2014, Howe menjelaskan, “Kami berpikir bahwa nama yang positif akan baik karena cara mereka dibesarkan yang berubah. Mereka akan menjadi yang pertama lulus SMA di tahun 2000, jadi nama milenial langsung terlintas di benak kami.”
Generasi Z, yang umumnya mencakup mereka yang lahir dari 1995 hingga 2009, diyakini mendapat namanya karena merupakan dua generasi setelah Gen X.
Namun, diskusi tentang penamaan generasi tidak berhenti di sini.
McCrindle, yang dikenal sebagai pencetus nama untuk generasi terbaru, Gen Alpha (lahir 2010-2024), menjelaskan filosofi di balik penamaannya.
“Nama yang merupakan halaman kosong adalah jenis nama terbaik, karena tidak dibebani dengan nilai-nilai yang sudah ada,” ujarnya.
“Hal ini berhasil dengan Generasi X, berhasil dengan Generasi Z. Dan, saya pikir, yang lebih penting daripada nama yang kita berikan kepada suatu generasi adalah nama yang dibuat oleh generasi itu sendiri.”
Dalam upaya untuk menamakan generasi setelah Gen Z, McCrindle dan timnya melakukan survei.
Banyak yang berpendapat bahwa anak-anak milenial seharusnya mendapat label yang terkait dengan teknologi, seperti i-Gen atau Digital Gen.
Namun, McCrindle memiliki pandangan berbeda.
“Ini adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh digital sejak usia termuda dan merupakan generasi global di tengah masa-masa yang tidak pasti. Kita tidak kembali ke awal,” jelasnya.
“Ini adalah awal dari realitas yang benar-benar baru dan, oleh karena itu, saya ingin menjauh dari ide itu dan hanya mengajukan konsep ‘mari kita gunakan penamaan ilmiah,’ yang menggunakan alfabet Yunani.”
Dengan mengadopsi model alfabet Yunani, McCrindle memprediksi bahwa generasi yang lahir antara 2025 dan 2040 akan dikenal sebagai Gen Beta, diikuti oleh Gen Gamma dan Delta.
Pendekatan ini, menurutnya, memberikan struktur dan urutan yang lebih jelas dalam penamaan generasi.
Meskipun kita tidak dapat meramalkan masa depan dengan pasti, para ahli seperti McCrindle telah berhasil memberikan nama pada potensi masa depan tersebut.
“Kita bisa memiliki label, tahun kelahiran, dan saya pikir itu cara penting untuk merencanakan masa depan dan melihat masa depan,” tutup McCrindle.
Penamaan generasi, yang awalnya mungkin dianggap sebagai tren budaya pop, kini telah berkembang menjadi alat analisis sosial yang berharga.
Melalui label-label ini, kita tidak hanya memetakan perubahan demografis, tetapi juga mencerminkan pergeseran nilai, teknologi, dan tantangan unik yang dihadapi oleh setiap kohor.
Namun, seperti yang diingatkan oleh McCrindle, penting untuk memahami bahwa label-label ini hanyalah titik awal, dan setiap generasi pada akhirnya akan mendefinisikan dirinya sendiri melalui tindakan dan kontribusinya pada masyarakat. (*)