TASIKMALAYA, BARAK.ID – Baru-baru ini, viral tentang kematian seorang bayi prematur di Tasikmalaya dan menimbulkan kehebohan di media sosial. Bayi tersebut meninggal setelah menjalani sesi pemotretan di klinik, yang dilakukan tanpa persetujuan keluarga.
Viral Bayi Prematur Baru Lahir di Tasikmalaya Meninggal Gara-gara Klinik Gila Ngonten
Dikutip Barak.id, Senin (20/11/2023) dari akun Instagram @nadiaanastasyasilvera, perwakilan keluarga mengekspresikan kekecewaan dan kemarahan mereka.
Dalam unggahan tersebut, keluarga mengkritik keras tindakan klinik yang tidak memberikan perawatan intensif yang seharusnya didapatkan bayi di inkubator. Sebaliknya, bayi yang beratnya hanya 1,5 kilogram itu malah dijadikan konten dan difoto dengan ornamen dan posisi yang tidak sesuai prosedur medis.
Keluarga juga menyoroti bahwa bayi itu diduga dimandikan dan disuruh pulang hanya sehari setelah dilahirkan, tanpa diberikan dokumen kepulangan atau berkas medis. Kritik keras juga ditujukan kepada klinik, dengan pertanyaan mengenai standar pendidikan dan etika yang diterapkan.
Akun keluarga juga telah men-tag berbagai pihak termasuk YLKI, Dinkes Jabar, Dinkes Tasikmalaya, Polres Tasikmalaya, Ridwan Kamil, Kemenkes RI, hingga Hotman Paris, mencari perhatian dan tindakan atas kasus ini.
Hingga saat ini, belum ada informasi lebih lanjut mengenai kelanjutan kasus ini. Akun Instagram klinik yang bersangkutan telah membatasi komentar dari netizen.
Kronologi Kematian Bayi Prematur di Tasikmalaya, Dugaan Malpraktik dan Kelalaian Klinik
Kematian seorang bayi prematur berat 1,5 kg di Tasikmalaya telah memicu kehebohan di media sosial karena dugaan malpraktik dan kelalaian medis oleh Klinik Alifa. Kejadian ini diungkapkan oleh keluarga korban melalui Instagram, Senin (20/11/2023), menyampaikan kronologi dan peristiwa yang dialami selama pelayanan klinik.
Nisa dan Erlangga, orangtua bayi, mengalami serangkaian peristiwa yang mengkhawatirkan di Klinik Alifa, termasuk pelayanan yang tidak memadai dan kehilangan komunikasi yang efektif dari pihak klinik selama proses persalinan. Keluarga mengklaim bahwa bayi tersebut tidak diberikan perawatan yang sesuai, termasuk penempatan di inkubator yang vital bagi bayi prematur.
Selain itu, keluarga mengungkapkan bahwa mereka tidak diberikan informasi medis yang memadai dan tidak menerima dokumentasi kelahiran yang penting. Keadaan menjadi lebih tragis saat bayi tersebut dinyatakan meninggal dunia setelah beberapa jam pulang dari klinik tanpa penanganan medis yang adekuat.
Situasi memburuk ketika keluarga kembali ke Klinik Alifa untuk mendapatkan penanganan darurat namun menemukan klinik tutup. Setelah mendesak, salah satu bidan melakukan pemeriksaan dan menyatakan bayi tersebut telah meninggal.
Keluarga yang terpukul dan kecewa kemudian membawa kasus ini ke media sosial, menyerukan keadilan dan mengharapkan tindakan dari pihak berwajib. (*)