BARAK.ID – Selama puluhan tahun, bank dianggap sebagai tempat paling aman untuk menyimpan uang.
Kepercayaan ini dibangun oleh sistem keuangan yang terjamin, regulasi ketat, dan perlindungan pemerintah.
Menyimpan Uang di Bank Tidak Sepenuhnya Aman
Namun, di era modern yang penuh ketidakpastian ekonomi, benarkah bank tetap menjadi “brankas” terpercaya?
Faktanya, risiko seperti kebangkrutan bank, inflasi, kejahatan siber, hingga kebijakan moneter yang fluktuatif membuktikan bahwa menyimpan uang di bank tidak selalu aman.
Artikel ini akan mengupas risiko-risiko tersebut serta memberikan alternatif investasi yang lebih beragam.
Artikel Terkait: Jejak Awal Warren Buffett Sang Legenda Investasi
1. Risiko Kebangkrutan Bank: Pelajaran dari Sejarah
Meski jarang terjadi, kebangkrutan bank bukanlah mitos.
Contoh nyata terjadi pada krisis keuangan global 2008, di mana puluhan bank di AS dan Eropa kolaps, termasuk Lehman Brothers.
Di Indonesia, kasus Bank Global pada 2005 dan Bank DKI pada 1998 juga menjadi bukti bahwa institusi finansial bisa gagal beroperasi.
Meski pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menjamin simpanan nasabah hingga Rp2 miliar per akun, jumlah tersebut mungkin tidak cukup bagi nasabah dengan dana besar.
Selain itu, proses klaim penjaminan bisa memakan waktu dan berbelit-belit, terutama jika terjadi kepanikan massal.
2. Inflasi: Musuh Tak Terlihat yang Menggerogoti Nilai Uang
Menyimpan uang di tabungan atau deposito sering dianggap aman, tetapi inflasi bisa menjadi ancaman terselubung.
Misalnya, suku bunga deposito di Indonesia rata-rata 3-5% per tahun, sementara inflasi tahunan Bank Indonesia (BI) sering berada di kisaran 2-4%.
Artinya, return yang didapat nyaris sama dengan tingkat kenaikan harga barang.
Contoh konkret: Jika Anda menyimpan Rp100 juta di deposito dengan bunga 4% per tahun, dalam setahun uang akan menjadi Rp104 juta.
Namun, jika inflasi 4%, daya beli Rp104 juta tersebut sama dengan Rp100 juta setahun sebelumnya. Dengan kata lain, uang Anda tidak benar-benar bertambah!
3. Kejahatan Siber: Ancaman di Era Digital
Perkembangan teknologi perbankan digital membuka celah baru bagi kejahatan siber.
Menurut data Kaspersky, Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan serangan siber tertinggi di Asia Tenggara pada 2023.
Kasus pembobolan rekening, phishing, dan malware menjadi momok bagi nasabah.
Contohnya, pada 2023, sebuah bank syariah di Indonesia mengalami kebocoran data ribuan nasabah akibat serangan ransomware.
Meski bank berhasil memulihkan sistem, kerugian finansial dan reputasi sulit dihindari.
Hal ini menunjukkan bahwa keamanan digital bank tidak sepenuhnya kebal.