BARAK.ID – NTT, sebuah provinsi yang kerap tercatat dalam statistik sebagai wilayah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, namun di balik itu semua, tersimpan keajaiban infrastruktur yang mengagumkan. Salah satunya ialah Jembatan Petuk, yang berdiri gagah di Kecamatan Maulafa, Kota Kupang. Sebagai salah satu jembatan terpanjang di NTT, Jembatan Petuk merekam panjang 337 meter, sebuah pencapaian arsitektur yang membanggakan.
Keajaiban Arsitektur Jembatan Petuk, Simbol Kebangkitan NTT di Tengah Keterbatasan
Keunikan Jembatan Petuk tidak hanya terletak pada ukurannya yang mengesankan, tetapi juga pada namanya yang menyimpan makna kultural. ‘Petuk’ dalam bahasa Jawa berarti ‘bertemu’, sebuah simbolisasi pertemuan antara dua sisi yang terpisah.
Pembangunan jembatan ini, yang diinisiasi oleh Kementerian PUPR sejak tahun 2017, merupakan representasi dari upaya pemerintah dalam menghadirkan infrastruktur yang tidak hanya fungsional, tetapi juga memiliki nilai estetika dan budaya. Jembatan Petuk menjadi bukti nyata dari potensi yang dapat digali dan dikembangkan, meski di tengah keterbatasan.
Jembatan Petuk bukan sekadar infrastruktur, melainkan sebuah simbol kemajuan yang menghubungkan jantung Kota Kupang dengan pelabuhan vitalnya, Tenau, serta sejumlah kabupaten di Timor Barat. Jembatan ini adalah bagian esensial dari jalan lingkar luar kota, memudahkan akses dan mobilitas ke Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, dan Malaka.
Yang menarik, Jembatan Petuk mencatat sejarah sebagai jembatan pertama di Indonesia yang dibangun menggunakan teknologi canggih: gelagar beton prestressed (pra tekan). Teknologi ini tidak hanya menjamin kekuatan struktural, tetapi juga efisiensi dalam proses konstruksi.