BARAK.ID – Dalam keagungan alam Sumatera Utara, tersembunyi sebuah karya arsitektur yang tidak hanya memperkaya lanskap dengan keindahannya tapi juga merangkul warisan budaya yang mendalam.
Jembatan Aek Tano Ponggol: Simbol Ikonis Pulau Samosir yang Menghiasi Danau Toba
Jembatan Aek Tano Ponggol, sebuah simbol ikonik Pulau Samosir. Sebuah karya arsitektur ini tersembunyi dalam keagungan alam Sumatera Utara dan berdiri sebagai monumen kebanggaan dan persatuan.
Tidak hanya memperkaya lanskap dengan keindahannya, Jembatan Aek Tano Ponggol juga merangkul warisan budaya.
Menghubungkan bukan hanya dua wilayah tetapi juga menyatukan masa lalu dengan masa depan.
Jembatan Tano Ponggol merupakan perwujudan dari filosofi Batak, Dalihan Na Tolu.
Jembatan ini tidak hanya menjadi sarana fisik yang menghubungkan daratan Sumatera dengan Pulau Samosir, tetapi juga menghubungkan nilai-nilai budaya dengan inovasi modern.
Selain itu, jembatan ikonik ini juga menawarkan kepada setiap pengunjung kesempatan untuk menyelami kedalaman sejarah, kekayaan budaya, dan keindahan alam Sumatera Utara.
Mahakarya arsitektur ini tak hanya menghubungkan dua masa, tetapi juga merayakan kekayaan budaya dan sejarah yang dalam.
Jembatan Aek Tano Ponggol, sekarang menjadi simbol ikonis Pulau Samosir, mengemban misi yang lebih dari sekadar fungsi infrastruktur.
Dibangun di tengah-tengah Danau Toba yang legendaris, jembatan ini berdiri tidak hanya sebagai pembawa kemajuan tetapi juga sebagai pembawa pesan dari masa lalu.
Di desa Siogung-ogung, Pangururan, Sumatera Utara, jembatan ini resmi menghubungkan daratan Sumatera dengan Pulau Samosir pada tanggal 25 Agustus 2023.
Menurut catatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, proyek pembangunan Jembatan Aek Tano Ponggol diilhami oleh filosofi Batak, Dalihan Na Tolu, yang secara artistik direfleksikan dalam desain strukturalnya, menggambarkan keharmonisan dan keseimbangan dalam istilah suku Batak.
Dengan panjang mencapai 1,2 kilometer dan lebar 80 meter, jembatan ini memiliki tiga bentang utama, dengan yang terpanjang mencapai 99 meter dan lebar 8 meter, menciptakan landmark baru yang mengagumkan.
Sebuah studi dari Universitas HKBP Nommensen mengungkap bahwa Tano Ponggol, nama asli dari lokasi jembatan, merupakan saksi atas kekejaman kolonialisme Belanda.