BARAK.ID – Wilayah yang kini dikenal sebagai Israel dan Palestina telah menjadi persimpangan sejarah selama ribuan tahun. Dari berbagai bangsa, kekaisaran, hingga agama, semua telah meninggalkan jejak di tanah yang dikeramatkan oleh tiga agama monoteistik dunia: Islam, Kristen, dan Yahudi. Namun, dalam kurun waktu modern, wilayah ini menjadi saksi konflik yang memisahkan dua bangsa: Arab Palestina dan Israel.
Jejak Sejarah Panjang Konflik Palestina-Israel
Berikut adalah ringkasan singkat dari jejak sejarah yang kompleks. Ada banyak aspek, narasi, dan perspektif yang harus dipertimbangkan untuk memahami konflik ini sepenuhnya.
Awal Mula: Era Pra-Zionisme
Daerah Palestina memiliki sejarah yang kaya, dimulai dari zaman Kanaan, peradaban Israel kuno, penaklukan Romawi, keberadaan Kekristenan, hingga datangnya Islam. Selama berabad-abad, wilayah ini berada di bawah berbagai kekaisaran, termasuk Bizantium, Utsmaniyah, dan lainnya.
Gerakan Zionisme dan Mimpi Negara Yahudi
Zionisme lahir sebagai respons terhadap antisemitisme di Eropa pada akhir abad ke-19. Gerakan ini bertujuan mendirikan negara nasional Yahudi di Palestina. Pemimpin-pemimpin Zionis seperti Theodor Herzl memandang negara sendiri sebagai solusi untuk masalah penganiayaan yang dialami oleh Yahudi di Eropa.
Mandat Inggris dan Deklarasi Balfour
Pasca Perang Dunia I, Inggris diberi mandat oleh Liga Bangsa-Bangsa untuk mengelola Palestina. Deklarasi Balfour 1917, yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris, mendukung pembentukan “rumah nasional bagi bangsa Yahudi” di Palestina. Namun, ini menyebabkan ketegangan dengan populasi Arab yang merupakan mayoritas di Palestina.
Migrasi Yahudi dan Tumbuhnya Ketegangan
Dengan dukungan dari Deklarasi Balfour dan Mandat Inggris, imigrasi Yahudi ke Palestina meningkat pesat pada 1920-an dan 1930-an. Penduduk Arab melihat ini sebagai ancaman terhadap identitas dan keberadaan mereka di wilayah tersebut.
Pembentukan Negara Israel dan Perang Arab-Israel
PBB, pada 1947, menawarkan solusi dua negara: pembagian Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab. Meskipun diterima oleh Yahudi, Arab menolaknya. Pada Mei 1948, Israel mendeklarasikan kemerdekaannya, memicu perang dengan negara-negara Arab tetangganya. Meskipun lebih kecil dalam jumlah dan sumber daya, Israel berhasil bertahan.
Perang dan Konflik Berikutnya
Sejak 1948, Israel terlibat dalam serangkaian konflik dengan negara-negara Arab tetangganya. Yang paling signifikan di antaranya adalah Perang Enam Hari pada 1967, di mana Israel berhasil menguasai Tepi Barat, Gaza, Dataran Tinggi Golan, dan Semenanjung Sinai; dan Perang Yom Kippur pada 1973.
Usaha Perdamaian yang Sulit
Berbagai upaya perdamaian telah dilakukan untuk mengatasi konflik ini. Perjanjian Oslo pada 1990-an menciptakan Otoritas Palestina dan memberikan otonomi terbatas kepada Palestina di beberapa area. Namun, banyak tantangan yang muncul, termasuk masalah permukiman Yahudi di Tepi Barat dan status Yerusalem.
Isu Utama yang Mengganjal
Ada beberapa isu utama yang menjadi hambatan perdamaian:
Status Yerusalem: Kedua pihak menginginkan kota ini sebagai ibu kota mereka.
Pengungsi Palestina: Jutaan pengungsi Palestina yang meninggalkan rumah mereka selama konflik 1948 dan 1967.
Batas dan Keamanan: Menentukan batas yang adil dan dapat diterima oleh kedua pihak.