BARAK.ID – Sebuah insiden terjadi di perairan Teluk Oman, di mana Iran telah menahan kapal tanker minyak berbendera Kepulauan Marshall, St Nikolas. Insiden ini terjadi dekat pelabuhan Sohar, Oman. Menurut laporan, kelompok bersenjata dan bermasker menerobos masuk ke dalam kapal dan memaksa kapal tersebut berlayar ke pelabuhan Iran.
Iran Menyita Kapal Tanker Minyak Asing di Teluk Oman, Penyebabnya Terungkap
Dilansir Barak.id, Sabtu (13/1/2024), via sumber resmi dari Iran, melalui media pemerintah, menyatakan bahwa tindakan ini merupakan balasan atas penyitaan kapal dan minyak Iran oleh Amerika Serikat pada tahun sebelumnya. St Nikolas, yang tengah melakukan perjalanan dari pelabuhan Basra di Irak menuju Turki, kini menjadi pusat perhatian dalam konflik maritim ini.
Baca Juga: Golongan Darah Langka P Ditemukan Pertama Kali di China
UK Maritime Trade Operations, sebuah organisasi perdagangan maritim Inggris, mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima informasi tentang adanya empat sampai lima individu tidak dikenal, mengenakan seragam hitam mirip militer dan topeng hitam, yang naik ke kapal pada pukul 03:30 waktu setempat. Sejak itu, komunikasi dengan St Nikolas terputus, dan saat ini sedang dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Menariknya, media Iran menegaskan bahwa kapal tersebut milik Amerika, meski sebenarnya kapal itu dimiliki oleh Yunani dan dikelola oleh Empire Navigation. Menurut perusahaan tersebut, kapal tersebut mengangkut 145.000 ton minyak mentah dengan awak yang terdiri dari 18 warga Filipina dan satu warga negara Yunani.
Dalam konteks yang lebih luas, St Nikolas sebelumnya disita oleh Amerika Serikat pada bulan April dengan nama Suez Rajan, sebagai bagian dari sanksi terhadap Iran. Suez Rajan Limited, penyewa sebelumnya kapal tersebut, mengaku bersalah karena melanggar sanksi dengan menjual dan mengangkut minyak Iran secara rahasia.
Baca Juga: Jangan Biarkan Gangguan Tiroid Ganggu Aktivitasmu
Amerika Serikat telah menyerukan pembebasan segera kapal dan awaknya, menganggap penyitaan ini sebagai upaya Iran untuk mengacaukan perdagangan internasional. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, mengemukakan bahwa tindakan semacam ini meningkatkan ketidakpastian dalam pelayaran komersial dan ekonomi regional maupun global.
Peristiwa ini terpisah dari serangan yang dilakukan pemberontak Houthi dari Yaman di Laut Merah, yang sering menargetkan kapal yang terkait dengan Israel. Sementara itu, AS dan Inggris menunjukkan kemungkinan tindakan militer terhadap Houthi, khususnya setelah serangan besar-besaran dengan drone dan rudal yang didukung Iran.
Di sisi lain, Dewan Keamanan PBB baru-baru ini mengeluarkan resolusi yang menuntut penghentian segera serangan oleh Houthi, menyoroti eskalasi konflik di
kawasan ini. Situasi saat ini menggambarkan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, di mana navigasi maritim dan perdagangan minyak menjadi pusat perhatian internasional.
Baca Juga: Tragis! Avanza Terbelah Dua, Sopir Tewas dan Satu Penumpang Luka-luka Akibat Aquaplaning
Penyitaan kapal St Nikolas oleh Iran bukan hanya memperlihatkan dinamika konflik regional, tetapi juga meningkatkan kekhawatiran terhadap stabilitas perdagangan global. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan keamanan maritim di kawasan tersebut, yang kini menjadi topik diskusi serius di antara pemimpin dunia dan organisasi internasional.
Kedepannya, respons dari berbagai pihak terhadap insiden ini akan sangat menentukan arah dan stabilitas geopolitik di Timur Tengah, serta dampaknya terhadap ekonomi global. (*)